Oleh: Abdul Mutholib
Mahasiswa Magister Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Kagetnews | Opini – Manajemen pendidikan menjadi salah satu aspek krusial dalam pengelolaan dan pengembangan kualitas sistem pendidikan di suatu negara tertentu. Dalam konteks ini, manusia menjadi fokus utama yang memiliki peran penting di semua tahap dalam manajemen, yaitu sebagai input yang mempengaruhi jalannya manajemen dan ouputnya.
Manajemen, pada dasarnya telah ada sejak manusia itu ada. Hal ini dalam kehidupan sehari-hari, tanpa disadari manusia telah menerapkan prinsip-prinsip dari manajemen itu sendiri. Contoh konkretnya seperti dalam kesehariannya manusia harus mengatur dirinya, atau menjadwalkan tugas-tugasnya (Murtado, D. dkk, 2019).
Adapun dalam definisinya, manajemen berasal dari bahasa Inggris “Management – To Manage” yang berarti mengatur, mengelola atau mengurus. Dalam bahasa Prancis dari kata “Menagement” yang berarti seni melaksanakan atau mengatur. Sedangkan pengertian menurut istilah, dapat diketahui dari beberapa gagasan para ahli sebagai berikut:
Menurut George R Terry dalam Herujito, menyatakan bahwa manajemen dapat diartikan sebagai “sebuah proses yang di dalamnya terdapat dari proses planning, organizing, actuating dan controlling” (Herujito & Yayat M, 2001).
Sementara, menurut Terry dalam Musthofa, menyebutkan bahwa suatu proses yang harus dilaksanakan yang di dalamnya dengan menggunakan manusia atau sumber daya lain, untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Musthofa, T. Dkk, 2018).
Menurut Mary Parker Follet dalam Dodo Murtadho, Manajemen adalah sebuah seni, karena untuk melakukan pekerjaan melalui orang lain, dan ini membutuhkan keterampilan khusus.
Menurut Viethzal Rivai (2006), Manajemen sebagai seni dan ilmu mengatur proses pendayagunaan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya, secara efisien, efektif, dan produktif untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Hal serupa dengan pendapat yang dikemukakan oleh Luther Gulick, dalam Hani Handoko, menyatakan bahwa manajemen sebagai sebuah ilmu yang berusaha secara sistematis, untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia berkontribusi demi mencapai tujuan, sekaligus bagaimana mereka membuat sebuah sistem kerja sama yang dapat mendatangkan banyak manfaat bagi kelompok manusia (Handoko, T Hani, 1998).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen mempunyai empat konsep dasar atau menjadi prinsip-prinsip penting di dalamnya, seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
Sementara, manajemen jika dikaitkan dengan pendidikan menurut George R Terry (2014), memaknai terkait salah satu fungsi manajemen pendidikan yakni sebagai suatu proses yang tidak memiliki wujud, akan tetapi hasilnya dapat dirasakan. Seperti halnya dari hasil pekerjaan baik yang berbentuk produk, kemudian melahirkan kepuasan tersendiri. Dengan demikian, di dalam manajemen pendidikan manusia dapat dikatakan menjadi peran penting dalam setiap prosesnya. Hal ini juga seperti yang dinyatakan oleh M. Arifin dalam Zaedun Na’im, bahwa salah satu dari tujuan manusia dididik adalah untuk mencetak sumber daya manusia berkualitas, sesuai dengan fakta sosial yang tak terpisahkan dari kehidupan individu dalam masyarakat (Zaedun Na’im, 2018). Sehingga dalam ruang lingkup manajemen pendidikan, dapat diketahui beberapa diantaranya seperti manusia, sarana-prasarana, program kerja, dan lingkungan.
Berbicara terkait lingkungan, disisi lain menurut (Purba J, 2002), menyatakan bahwa dari beberapa lingkungan sosial baik dari segi individu atau kelompok lainnya, yaitu mencakup keluarga, teman, tetangga, penduduk di suatu desa, hingga antar bangsa, memiliki pengaruh terhadap perubahan dan perkembangan dalam kehidupan.
Manusia sebagai Input dalam Manajemen Pendidikan
Manusia sebagai input dalam manajemen pendidikan dibagi menjadi 3 input, yakni:
Pertama, SDM Pendidikan Kompeten, artinya, manusia memiliki peran yang sangat penting di suatu lembaga pendidikan. Dengan pengelolaan sumber daya manusia yang efektif, tentu lembaga pendidikan tersebut dapat mencapai kinerja yang optimal, produktif, dan dapat mencapai tujuan dalam jangka panjang. Bahkan, dengan sdm yang berkualitas kehidupan masyarakat pun akan mendapat efek positifnya secara keseluruhan (Ahmad Zain, 2017).
Manusia sebagai salah satu sumber daya utama dalam manajemen, yaitu meliputi tenaga kerja, keterampilan dan kompetensi. Hal ini juga selaras seperti yang dikemukakan oleh Hadawi Nawawi dalam Ahmad Zain, bahwa sdm memiliki dua jenis. Yaitu 1) Jenis atau ciri individual berupa keterampilan atau kompetensi, pengetahuan dan perasaan, 2) Jenis atau ciri pada interpersonal yakni hubungan antara manusia dengan lingkungannya.
Kedua, terkait manusia sebagai input dalam manajemen yakni mencakup terhadap rekrutmen dan seleksi. Dalam proses pemilihan dan penempatannya, manusia harus menempatkan dirinya sebagai input yang sesuai dalam mencapai tujuan suatu lembaga pendidikan. Dalam rekrutmen dan seleksi di suatu pendidikan, mencakup juga dalam hal bagaimana untuk menemukan karakteristik peserta didik yang ideal. Terlepas dari hal tersebut, pada dasarnya seorang guru menjadikan hal tersebut sebagai salah satu hal yang harus ditekankan sehingga dapat berjalan serta menghasilkan proses dan output yang sesuai diharapkan. Sehubungan dengan ini, dapat diketahui beberapa kriteria penting dalam seleksi SDM di bidang pendidikan, antara lain sebagai berikut:
• Kualifikasi Pendidikan, yakni memiliki latar belakang pendidikan yang relevan.
• Pengalaman Kerja, yakni memiliki pengalaman dalam bidang pendidikan demi meningkatkan efektivitas pada saat mengajar.
• Kompetensi Profesional, artinya memiliki keterampilan teknis atau keahlian tertentu dan pedagogik yang baik.
• Kopetensi Interpersonal, atau memiliki kemampuan komunikasi dan kerjasama.
• Etika dan Integritas, atau memiliki nilai-nilai moral dan profesional.
Ketiga, terkait manusia sebagai input dalam manajemen yakni mencakup terhadap seperti apa nilai-nilai dan etika sebagai faktor input. Hal ini tentu mencakup terhadap peran seorang guru dalam lembaga pendidikan. Lebih khususnya, guru dapat diartikan sebagai seseorang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan seorang murid atau siswanya, untuk mengupayakan perkembangannya yang mencakup semua potensinya, baik potensi afektif, kognitif, dan psikomotorik.
Selain itu, peran seorang guru dalam pendidikan memanglah memiliki tanggung jawab atau amanah yang besar untuk membawa siswanya kearah kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam hal ini, seorang guru tentu tidak hanya memposisikan dirinya sebagai “pendidik” yang menjadi transformer of knowledge, akan tetapi juga harus menjadi seorang “pendidik” yang menjadi transformer of values dan sekaligus juga mampu memposisikan dirinya sebagai seorang “pembimbing” yang selalu memberikan pengarahan dan menuntun siswa atau muridnya berkarakter serta juga berpengetahuan. Dengan demikian, pada dasarnya seorang guru juga mampu memiliki peran yang unik dan serta kompleks terhadap proses belajar-mengajar, sebab dalam usahanya tersebut akan mengantarkan siswa atau muridnya ketaraf yang dicita-citakan (Muhlison, 2014).
Selanjutnya, peran manusia dalam manajemen pendidikan juga pada dasarnya mencakup peranan sebagai proses dan output. Namun, menurut penulis kedua peranan tersebut akan ditentukan dari bagaimana peran manusia sebagai input. Seperti halnya terhadap peran manusia sebagai proses, yang memiliki beberapa faktor internal dan eksternal dalam mempengaruhi pendidikan. Faktor internal yaitu seperti minat dan bakat untuk mendorong motivasi belajar, serta motivasi untuk peserta didik dalam mencapai apa yang dicita-citakan. Adapun faktor eksternal seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif, dan lingkungan masyarakat. Faktor pendukung lainnya dalam peranan manusia sebagai proses seperti pengembangan dan pelatihan, serta peran seorang pemimpin dalam memotivasi. Dari pengertian ini, yakni mengenai peranan manusia sebagai proses dalam pendidikan yang memiliki beberapa faktor yang mempengaruhinya, pada dasarnya bisa tercapai serta dapat terwujud apabila dalam peranan manusia sebagai input di awal sesuai yang diharapkan.
Begitu juga dari peranan manusia sebagai output. Yaitu seperti mencakup bagaimana suatu kinerja individu dan tim dalam hasil yang dihasilkan, pengembangan karir dan kepuasan kerja, dan kontribusi output atau dalam hal ini lulusan sekolah dalam menciptakan komunikasi yang baik. Hal ini tentu tidak akan tercapai dan terealisasikan apabila dalam peran manusia sebagai input itu sendiri tidak memenuhi kualifikasinya.
Mengutip pernyataan (Mujib & Mudzakir 2007), suatu aliran dari Behavior yang menganalisis perilaku yang nampak, berpendapat bahwa segala tingkah laku manusia terbentuk dari hasil pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan dari aspek. Oleh demikian, selain kesan pesan bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain, juga memberikan kesan dan pesan bahwa manusia akan bisa terbentuk baik dalam karakteristik dan pengetahuan, yaitu seperti dengan belajar di lingkungan sekolah. Terlepas dari sebab aspek lainnya, jika di lingkungan sekolah itu sendiri dalam peranan manusia menjadi inputnya saja tidak ditekankan, tentu akan berpengaruh terhadap berjalannya proses juga output yang dihasikan.