Tanda-tanda Kehancuran Suatu Bangsa dalam Perspektif Al-Qur’an

Potret penulis. (Ist)

Bagikan

Oleh : H. Sujaya, S. Pd. Gr.
(Dewan Penasihat DPP ASWIN)

 

Kagetnews | Opini – Sejarah mencatat bahwa peradaban besar tidak runtuh secara tiba-tiba. Kehancuran suatu bangsa biasanya diawali oleh degradasi moral, ketidakadilan sosial, penyalahgunaan kekuasaan, dan penindasan terhadap rakyat. Fenomena ini bukan hanya kajian sejarah politik, tetapi juga telah diungkapkan oleh Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia.

Al-Qur’an bukan hanya memberi tuntunan ibadah, tetapi juga panduan sosial, politik, dan ekonomi yang menjaga peradaban tetap tegak. Ketika tanda-tanda tertentu muncul, Al-Qur’an mengingatkan bahwa itu adalah isyarat menuju kehancuran.

Berikut adalah lima tanda kehancuran suatu bangsa yang disebutkan dalam Al-Qur’an, beserta penjelasan dan contoh historisnya.

1. Negara Dikelola oleh Orang yang Tidak Berilmu, Hanya Menguntungkan Kelompoknya

(QS. Al-Isra: 36)

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya…”

Ayat ini menegaskan pentingnya ilmu dan integritas dalam kepemimpinan. Ketika suatu negara dipimpin oleh orang-orang yang mengabaikan kompetensi, mengutamakan loyalitas kelompok di atas kemampuan, maka kebijakan yang lahir akan bersifat nepotistik dan diskriminatif.

Kisah dalam Al-Qur’an:

Bani Israil pada masa setelah wafatnya Nabi Musa pernah dipimpin oleh raja yang tidak memiliki kemampuan memimpin dan hanya menguntungkan kaum elite. Kondisi itu membuat bangsa mereka lemah, hingga akhirnya Allah mengganti pemimpin mereka dengan Thalut (QS. Al-Baqarah: 246-247) yang berilmu dan berani, sebagai syarat mengembalikan kejayaan.

2. Pemimpin Menolak Nasihat dan Anti Kritik

(QS. Al-Jatsiyah: 23)

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya…”

Pemimpin yang menutup diri dari kritik sejatinya telah terjebak dalam ego dan hawa nafsu kekuasaan. Dalam Al-Qur’an, ini adalah ciri pemimpin yang tidak mau diarahkan oleh kebenaran.

Kisah dalam Al-Qur’an:

Fir’aun adalah contoh paling jelas. Ia menolak nasihat Nabi Musa, bahkan menuduh Musa sebagai penghasut (QS. Al-Mu’min: 23-24). Fir’aun menganggap dirinya paling benar dan paling berkuasa, sehingga menutup telinga dari kebenaran. Kesombongan ini membawa kehancuran kekuasaannya di Laut Merah.

3. Pajak Dipungut dan Dikelola Secara Zalim

(QS. Al-Baqarah: 188)

“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil…”

Pajak adalah instrumen penting untuk membangun negara, tetapi jika dipungut secara berlebihan, tidak transparan, dan digunakan untuk memperkaya segelintir pihak, maka itu menjadi bentuk kezaliman ekonomi.

Kisah dalam Al-Qur’an:

Kaum Madyan pada zaman Nabi Syu’aib terkenal dengan kecurangan timbangan dan pengelolaan harta yang menindas rakyat (QS. Hud: 84-85). Mereka memungut keuntungan secara batil dan memperkaya segelintir orang, sehingga Allah menurunkan azab gempa besar yang memusnahkan mereka.

4. Ekonomi Dikuasai Segelintir Orang Kaya

(QS. Al-Hasyr: 7)

“…supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.”

Ketimpangan ekonomi adalah salah satu pemicu runtuhnya peradaban. Al-Qur’an menolak sistem yang membuat kekayaan berputar hanya di kalangan elite.

Kisah dalam Al-Qur’an:

Kisah Qarun (QS. Al-Qashash: 76-82) adalah simbol penguasaan kekayaan oleh satu orang yang tidak mempedulikan kepentingan rakyat. Qarun memiliki harta melimpah, tetapi menolak berbagi dan justru sombong. Akhirnya, Allah menenggelamkan Qarun beserta hartanya ke dalam bumi sebagai pelajaran bahwa kesenjangan dan keserakahan akan membawa kehancuran.

5. Kebijakan yang Menindas Rakyat

(QS. Hud: 113)

“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim…”

Pemerintahan yang membuat kebijakan menindas rakyat adalah tanda keruntuhan moral penguasa.

Kisah dalam Al-Qur’an:

Kaum ‘Ad yang dipimpin oleh Raja bernama ‘Utbah bin Rabiah menindas rakyat dengan membangun istana megah demi kemegahan pribadi (QS. Asy-Syu’ara: 128-130), memaksa rakyat bekerja paksa, dan merampas hak-hak mereka. Kesombongan ini membuat mereka ditimpa angin kencang yang membinasakan seluruh negeri.

Penutup

Tanda-tanda kehancuran bangsa yang disebutkan Al-Qur’an bukanlah sekadar peringatan masa lalu, tetapi relevan untuk setiap zaman. Pemimpin yang tidak berilmu, anti kritik, memungut pajak secara zalim, membiarkan ketimpangan ekonomi, dan membuat kebijakan yang menindas rakyat adalah faktor yang mempercepat keruntuhan sebuah negara.

Sejarah kehancuran kaum ‘Ad, Tsamud, Madyan, Fir’aun, Qarun, dan Bani Israil menjadi cermin bahwa hukum Allah berlaku sepanjang masa. Al-Qur’an mengajarkan bahwa keadilan, ilmu, keterbukaan, dan kepedulian terhadap rakyat adalah fondasi yang menjaga bangsa tetap tegak. Bila tanda-tanda ini mulai terlihat, maka sudah saatnya masyarakat bangkit memperbaiki keadaan sebelum terlambat.

Indramayu. 15/8/2025

Berita lainnya