Runtuhnya Kecerdasan Bangsa

Gambar ilustrasi. (Sumber: Pixabay)

Bagikan

Oleh: Hasbi Indra

Kagetnews | Opini – Kecerdasan menjadi ciri manusia yang membedakan dengan makhluk lain. Manusia yang digambarkan oleh pesan agama makhluk yang diberi akal dan hati nurani yang banyak manusia Indonesia menolak bahwa manusia sejenis simpanse yang menjadi pandangan Darwin. Karena manusia mengenal pendidikan yang diasah akal dan hati nuraninya dan manusia yang juga berbudaya dan bahkan berperadaban.

Manusia Indonesia kini mempunyai gambaran tentang bangsanya yang sangat bergantung pada hutang, di tengah rakyat yang miskin dan menganggur jumlahnya puluhan juta, di tengah rakyat yang menikmati perilaku korupsi dalam jumlah ratusan triliun, di tengah rakyat yang menyaksikan politik, hukum dan ekonomi demi kepentingan tahta.

Gambaran anak bangsa yang sedang dipertanyakan kecerdasannya.

Mempertanyakan manusia yang telah dididik tinggi lalu berlanjut ber partai dan berormas yang semuanya adalah jalan-jalan kecerdasan.

Kini sedang dipertanyakan bagaimana  manusianya menyiapkan sistem hidupnya.

Bangsa dengan sistem hidup yang seharusnya memiliki karakter sendiri. Sangat jelas dan terang benderang apa tujuan berbangsa dan bernegara supaya manusianya bekecerdasan untuk menciptakan keadilan, kemanusiaan dan kemakmuran seluruh rakyat.

Lahirnya Pancasila tentu diharapkan oleh the founding parents berbeda dengan sistem liberalis atau non liberalis atau yang disebut sosialis. Telah berlangsung puluhan tahun ini sistemnya hanya  menghasilkan apa yang diinginkan oleh sedikit orang. Dipertanyakan anak bangsa ini jangan selamanya menikmati sistem yang ada misalnya sistem liberalisme dan kapitalisme yang tentu berlawanan dengan sistem Pancasila baik sistem ekonomi maupun sistem politiknya.

Jangan membiarkan dirinya berada di kolam ketakcerdasan terhadap sistem yang dijalankan yang dirasakan sebagai sistem tak punya kelamin yang jelas. Okelah kalau ada sistem yang ektrim kanan dan ektrim kiri maka sistem Pancasila itu baiknya di format sistem “tengah” yang bisa mengisi kelemahan kanan dan kiri itu.

Itu problem pertama bangsa untuk merumuskan detils sistem Pancasila yang berkaitan dengan sistem ekonomi dan politiknya.

Problem kedua bangsa adalah tak ada detil dari  konstitusinya agar negara menguasai SDA yang dimilikinya untuk sepenuhnya untuk rakyat. Rakyatnya kini hanya menjadi korban ekploitasi tambang misalnya menjadikan lingkungan rusak dan bahkan kesehatan terganggu dan korban nyawa manusia terjadi. Ini butuh suatu kecerdasan yang sangat diperlukan untuk meresponsnya.

Problem ketiga ekploitasi manusianya yang hanya diperuntukkan untuk sekelompok kecil orang yang hidup sangat berkemakmuran dan melalui tangan tahta memeras rakyat banyak melalui pembangunan yang tak pro rakyat yang berakibat ada kost kenaikan pajak dan kenaikan kebutuhan mendasar rakyat dan semakin berat mereka menjalani hidupnya.

Lalu di tengah rakyat yang puluhan juta masih nestapa dan uang atau milik mereka dijadikan sasaran dan bancakan korupsi yang terjadi misalnya di dana Bansos, Jiwasraya Asabri, Timah dan lainnya yang belum terungkap yang jumlahnya bisa lebih dari 1000 trilyun. Hukuman ringan diberikan ke mereka dan hanya bisa menguntungkan kaum birokrat, politisi dan ahli hukumnya. Hukuman berat sudah harus diberikan ke pelakunya minimal memiskinkan diri dan keluarganya.

Tampaknya menghancurkan Indonesia bukan saja melalui ekploitasi kekayaan alamnya tetapi juga ekploitasi manusianya.

Telah digambarkan kepada rakyat dan juga kepada kaum yang terdidik tinggi. Di partai, di ormas dan ormas Islam dan kaum intelektual serta kaum berbintang, saat ini, ada gambaran diri yang dipaksa tak memiliki kecerdasan pada hal sudah dididik di lembaga pendidikan dan sudah dicerdaskan melalui partai, ormas dan lainnya.

Sudah banyak modal budaya seperti partai PDIP, Golkar, PKS, PKB, Gerindra, Nasdem, PPP dan lainnya dan juga ormas keagamaan, Katolik Kristen, Hindu Budha, Konghucu  dan ormas Islam seperti NU, MU dan lainnya demikian banyak lainnya seperti ormas cendikiawan, mahasiswa, pelajar dan pemuda tak selayaknya  abai dan baiknya melakukan kerja fikir untuk detil sistem yang mengatur negara dan bahkan diperlukan kerja gerakan agar sistem yang merakyat bisa didesakkan ke negara baik ke eksekutif maupun legislatif.

Ada mereka yang digaji oleh rakyat dan melebihi apa yang diterima oleh ratusan juta manusia lainnya. Mereka layak untuk berpihak ke rakyat dan ini sudah dijalani bahkan telah ada sejak Orde Lama yang kini masa reformasi yang tak mereformasi dirinya,  kondisi bangsa dan nasib rakyat semakin mengkhawatirkan, kini terjadi kehampaan amanah yang harusnya mereka tunaikan.

Hal yang mendasar yang perlu perhatian melalui kerja fikir dan kerja gerakan oleh komponen potensi bangsa ini, baiknya disadari oleh partai, ormas dan kaum intelektual dan kaum berbintang emas dipundaknya untuk bergerak tentang sistem yang dianut yang tak jelas jenis kelaminnya dan juga perilaku ekploitasi kekayaan alam  serta  mengeksploitasi keringat rakyat dan terus membebani hidupnya dan mereka termasuk yang puluhan juta miskin dan menganggur menyaksikan prilaku korupsi yang jumlahnya ratusan triliun negeri yang semakin korup dalam jumlah gila-gilaan yang membuat bangsa ini berada di titik ketakcerdasan dalam berbangsa dan bernegara. Sampai kapan dibiarkan?

Bogor September 2024
Penulis adalah akademisi dari UIKA Bogor

Berita lainnya