Kisah Si Miskin Penemu Satu Peti Keping Dinar Emas (Bagian 1)

Gambar ilustrasi. (Sumber: Pikbest)

Bagikan

Oleh: KH. Heri Kuswanto

Kagetnews | Religi – Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabari. Di Makkah ada sebuah rumah sangat sederhana. Dihuni 1 lelaki tua dan 8 perempuan yang berada di bawah naungannya. Terdiri 4 orang anaknya, 1 istri, 1 mertua, dan 2 saudarinya. Semuanya miskin. Kebutuhan hidup mereka hanya bersumber dari bapak sepuh itu.

Bapak tua yang usianya hampir 70 tahun itu berlalu-lalang di sekitar Masjidil Haram, saat awal Ramadan. Dia mencoba mencari sesuap nasi. Dia tidak temukan. Lalu ia pulang. Kejadian tersebut membuat Ath-Thabari tertarik. Lalu mengikuti langkah lelaki sepuh sampai ke rumahnya.

Setiba pulang pria lewat paruh baya itu ditanya istrinya “Apakah ada makanan buat kita hari ini?” Ketika mau sahur tidak ada makanan mau berbuka puasa juga tak ada makanan. ujar Sang Istri.

Suaminya menjawab “Saya sudah coba keliling mencari makanan buat kita buka puasa, tapi tidak ada.”
Lalu ia melanjutkan “Coba saya keluar lagi.”

Kemudian Si Bapak tua itu keluar, berjalan jauh dari rumahnya. Sambil memikirkan apa yang harus dilakukan dan harus bekerja di mana. Sambil bermunajat pada Allah “Ya Allah, berikanlah rizqi”. Hingga pada akhirnya ada sebuah pohon di pinggiran kota. Lantas ia berteduh di bawahnya sambil duduk.

Tak lama kemudian tangan dia menyentuh tanah yang berada di bawahnya. Ia merasa sedang menyentuh barang yang keras. Waktu dilihat ternyata ada kotak, yang tak dia perhatikan saat hendak duduk. Peti tersebut biasa dipakai untuk menyimpan emas.

Lalu dibukalah kotak tersebut. Ternyata ada banyak sekali emas. Ada 1000 keping emas. Pria sepuh itu bergumam “Ini harta yang luar biasa, di siang hari tidak ada orang, di bawah pohon.” Lokasinya juga jauh dari pemukiman penduduk. Lalu ia mengambilnya dan dibungkus rapi dengan kain.

Sambil berjalan pulang ia sempat terpikir di benaknya akibat  godaan dari syetan “Orang miskin, kalaupun engkau tidak mengambil semua, ambillah minimal satu batang emas, atau satu koin dinar emas, yang kau bisa infaqkan untuk buka puasa keluargamu.”

Mendengar bisikan itu hati kecilnya melawan “Tidak bisa, ini bukan hak saya, kalaupun ini luqathah (barang temuan) maka harus diumumkan (diiklankan) selama satu tahun, kalau satu tahun tidak ada bukti siapa pemilik sahnya baru bisa dimiliki.” Tekatnya sudah mantap.

Sebenarnya lelaki sepuh itu berencana tidak ingin memberitahukan pada istrinya. Setiba di rumah istrinya menyambut sambil melihat ada bawaan di tangan suami.

Si Istri Lelaki Tua itu berkata “Apakah kau sudah bawa bekal buat kami?”

Lelaki itu menjawab “Tidak ada.”

Istrinya menyanggah sambil bertanya “Tapi apa itu di bawah bungkusan kainmu?”

Suami menjawab “Ini bukan urusan kamu.”

Kemudian Sang istri mengeluarkan jurus pamungkas merengek “Saya minta atas nama Allah, jelaskan apa itu?” Disebabkan si istri membawa nama Allah akhirnya suami tidak berkutik.

Ia menceritakan kejadian sebenarnya yang telah dialami saat di luar rumah. Istrinya yang perempuan miskin mendengar ada emas langsung bersemangat. Perempuan kaya saja mendengar emas matanya langsung berbinar apalagi yang susah. Sungguh perhiasan dunia kadang menutup hati.

Tanpa basa-basi sang istri mengatakan “Kalau begitu kita bisa gunakan, karena kita orang miskin. Dan itu adalah harta yang kau temukan.”

Suami langsung tegas menjawab “Tidak demi Allah, kalaupun ini bisa kita gunakan, baru setelah satu tahun kita iklankan. Tidak boleh sembarangan.”

Seakan tak terima, istrinya menyanggah lagi “Kalau begitu minimal ambil satu keping dinar, kita pakai buka puasa. Halal buat kita, karena kita miskin sekali tidak bisa apa-apa. Delapan orang harus kau naungi sekarang.”

Lelaki sepuh itu mantap hatinya “Tidak demi Allah, kalau seandainya kau sentuh kotak ini, lalu ada yang kau ambil, demi Allah kau saya ceraikan.” *BERSAMBUNG*
____
Heri Lintang Songo
Dosen Institut Ilmu Al Quran, IIQ Annur Yogyakarta, Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam STAIYO Yogyakarta dan A’wan Syuriyah PWNU DIY

Berita lainnya