Oleh: Muhammad Eko Saputro
Mahasiswa Prodi PAI STAI Sayid Sabiq Indramayu
Kagetnews | Opini – Pendidikan atau edukasi adalah usaha dasar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak, ilmu hidup, pengetahuan umum serta keterampilan yang diperlukan dirinya untuk masyarakat berlandaskan Undang-Undang.
Kabupaten Indramayu terkenal sebagai lumbung padi nasional. Selain pertanian, Kabupaten Indramayu juga memiliki beragam potensi dan kekayaan alam yang digambarkan dalam lambang daerahnya. Kenyataan seperti ini seharunya selaras dengan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDA) termasuk dalam aspek pendidikan.
Pendidikan di kabupaten indramayu seharusnya mampu mencetak generasi yang unggul sehingga bermuara pada penciptaan generasi unggul yang mampu memaksimalkan segala potensi yang ada di Kabupaten Indramayu. Dengan berbagai macam kemajuan teknologi, hal tersebut menjadi dasar bagaimana guru menjembatani Pendidikan berbasis karakter yang mampu menjadi filter dalam kehidupan siswa baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga dan Masyarakat.
Banyak sekali tantangan dalam dunia Pendidikan di Kabupaten Indramayu, hal tersebut dibuktikan dengan angka putus sekolah, dan kemampuan siswa dalam membaca masih sangat rendah. Hal tersebut saya rasakan Ketika saya mengajar di sekolah tempat saya magang di Sekolah Dasar. Masih banyak sekali siswa yang kemampuan membacanya rendah, hal tersebut diperparah dengan Tingkat putus sekolah yang setiap tahun ada saja permasalahan yang muncul. Saya menyadari betul bahwa sebagai seorang Pendidik tidak hanya sebatas mengajar, namun harus mampu menjadi Guru yang “among” sesuai dengan triloka Pendidikan Bapak Ki Hajar Dewantara, yakni : Ing ngarso sung tuladha, Ing Madya Mangun karsa, Tut Wuri Handayani.
Dalam keseharian mendidik, bagaimana seorang pendidik harus mampu menerapkan tiga fungsi Pendidikan menurut Bapak Ki hajar Dewantara. Di depan guru harus memberikan teladan, di Tengah harus memberi motivasi kepada siswa, dan di belakang harus memberikan dorongan agar siswa termotivasi dalam belajar. Hal demikianlah yang mendorong saya untuk bertanggung jawab atas apapun permasalahan yang muncul di dunia Pendidikan.
Rendahnya kemampuan membaca tidak lain disebabkan karena rendahnya minat baca, hal tersebut berakar dari permaslahan keluarga dari siswa yang kebanyakan bekerja di luar negeri sebagai TKW. Sehingga anak-anak menjadi hilang motivasi, cenderung tidak ada yang membimbing di rumahnya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya minat baca, seperti kurangnya pengawasan orangtua, terlalu banyak bermain game, sistem pembelajaran yang belum mengharuskan siswa untuk sering membaca, dan mencari sumber lain dari apa yang belum diketahui, kurangnya apresiasi terhadap bentuk karya, bahkan model dan metode pembelajaran yang tidak mendukung serta menumbuhkan minat siswa.
Keberhasilan tumbuh kembang potensi yang dimiliki oleh siswa baik dalam bidang akademis maupun non akademis adalah tidak lain dari bagaimana guru dalam mendidik siswa di sekolah. Siswa ibarat kertas putih tetapi sudah ada garis samar-samar yang kemudian menjadi tugas dari guru untuk menebalkan garis (laku murid) yang di topang oleh kegiatan pembelajaran yang berpihak pada murid. Pembelajaran yang bermakna dan berpihak pada murid adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid dan mampu menggali potensi masing-masing individu.
Rendahnya kemampuan membaca disebabkan oleh faktor internal dan eksternal, faktor eksternal adalah bagaimana siswa dihadapkan dengan permasalahan di lingkungan keluarganya yang kurang kondusif, sehingga siswa tidak matang dan siap dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan faktor internal adalah bagaimana minat yang ada pada siswa tidak mampu di gali oleh guru, sehingga tidak adanya minat yang muncul pada saat pembelajaran.
Minat merupakan ketertarikan yang muncul pada diri individu, hal tersebut sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar, untuk dapat menggali minat pada masing-masing siswa. Seorang guru harus memberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan murid, memberikan model serta metode yang menyenangkan.
Selain itu juga guru harus mampu menerapkan Keterampilan sosial emosional dan melakukan pendekatan coaching untuk menyelami permasalahan lebih jauh lagi, dan siswa mampu menyelesaikan permasalahannya sendiri sehingga siswa dapat bertanggung jawab atas apa yang telah dia jabarkan terkait cara untuk menyelesaikan masalahnya.
Hal tersebut merupakan faktor pendorong bagaimana seorang guru ikut serta menjadi agen perubahan terutama dalam permasalahan Problematika Pendidikan di Indramayu dalam hal rendahnya minat baca siswa. Tentunya hal tersebut harus dibarengi dengan kesadaran diri dari pelaku Pendidikan (guru) untuk berusaha semaksimal mungkin dapat merubah laku dan prestasi belajar siswa melalui Upaya dan Tindakan yang sungguh-sungguh.
Kritik yang muncul terhadap problematika Pendidikan di Indramayu (Rendahnya minat baca siswa) adalah bagaimana seharusnya adanya sinergitas antara berbagai pihak yang mampu membuat lingkungan Pendidikan di kabupaten indramayu dapat bersaing dengan Pendidikan di kabupaten lain. Lembaga Pendidikan, Stake Holder, Dinas Pendidikan, Lembaga Pemerintah Desa, Tokoh Keagamaan, dll merupakan sebuah modal asset yang harusnya sebagai faktor pendukung peningkatan mutu Pendidikan di daerah.
Lembaga Pendidikan daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan seharusnya mempunyai Langkah strategis untuk memecahkan permasalahan problematika Pendidikan di daerah, melalui kebijakan yang berpedoman pada Upaya peningkatan kualitas mutu Pendidikan di daerah, Kerja sama serta kolaborasi nyata dari berbagai unsur akan membantu bagaimana system Pendidikan yang dijalankan apakah sudah berhasil atau belum.
Saya berharap kedepan Mutu Pendidikan di kabupaten indramayu akan meningkat. Hal tersebut dibuktikan dengan indeks Pendidikan yang meningkat pula. Berbagai permasalahan yang ada perlu adanya Upaya yang serius dari berbagai unsur mulai dari kebijakan tingkat politik, Dinas Pendidikan, sampai ke satuan Pendidikan, sehingga akar permasalahan dapat di perbaiki sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Perihal rendahnya minat baca siswa Upaya yang dilakukan tidak hanya menekankan pada guru semata, tetapi perlu adanya pihak sekolah (stake holder) yang berkolaborasi secara nyata untuk meningkatkan minat baca siswa.