Rubrik kata pembaca kagetnews terbuka untuk umum sebagai wadah komunikasi dan penyampai aspirasi pembaca. Jika berminat silakan hubungi kontak person yang tertera dalam situs.
Oleh: Dr. Suhaeli Nawawi, M. Si.
Kagetnews | Kata Pembaca – Upaya manusia (baca: saintis) untuk mampu membuat segala sesuatu yang terdapat di dalam alam terus dilakukan. Tidak tanggung-tanggung para saintis bertekad untuk bisa membuat sel (sintetis/buatan). Sel adalah makhluk hidup (organisme), yang diyakini oleh banyak kalangan memiliki roh (nyawa). Seandainya upaya itu bisa dilakukan, sudah pasti akan mengarah penciptaan organisme bersel kompleks, seperti manusia. Hal ini sebagaimana hasil percakapan dengan saintis Craig Venter yang berhasil menciptakan sel sintetis. Namun, setelah dicermati, ternyata bahan bakunya berupa bagian sel hasil kloning. Hal itu tidak ada bedanya dengan pembuatan daging sintetetis, yang berasal dari sel otot sapi yang dikembangbiakkan. MUI sendiri sudah mengeluarkan fatwa bahwa daging buatan hasil budidaya dari organ sel sapi halal.
“Seorang profesor fisiologi dari North Carolina State University dengan keahlian dalam budidaya sel hewan di laboratorium, bernama Paul Mozdziak, PhD menyatakan bahwa pada dasarnya, daging buatan diproduksi dengan mengekstraksi semua protein otot dan membentuknya kembali. Dilansir dari laman Popular Mechanics, sebagian besar perusahaan yang telah mengungkapkan metode pembuatan daging mereka kepada publik, mulai membuat daging dari sel fibroblas untuk bahan budidayanya. Dalam otot hewan, terdapat jaringan ikat yang disebut dengan epimisium. Di dalamnya, terdapat sel-sel otot individual yang dikelompokkan menjadi satu bundel, dan masing-masing bundel ini dikelilingi oleh lapisan jaringan ikat yang disebut perimisium.”
Suhaeli Nawawi: Para master sains, mohon penjelasan proses pembuatan sel sintetis yg diinisiasi oleh Craig Venter, seperti gambar di bagian bawah berikut ini.

Proses pembuatan daging sintetis.
Kaisen Vcaldis: Jadi gini wir saya jelasin proses pembuatan sel sintetis yah.
1.Desain: Ini ni tahap yg melibatkan pembuatan sekuen DNA pada komputer. Ini adalah tahap di mana sekuen genetik dirancang secara digital.
2.Sintesis: Pada tahap ini, sekuen yang telah dirancang kemudian disintesis menjadi DNA fisik. Empat botol yang dilabeli A, G, C, T dalam gambar mewakili nukleotida yang digunakan dalam konstruksi DNA fisik dari sekuen yang dirancang.
3.Konstruksi: Tahap ini melibatkan perakitan nukleotida untuk membentuk untai DNA lengkap. Segitiga berwarna yang menunjuk ke dalam tabung uji dalam gambar melambangkan proses perakitan ini.
4.Tes: di sini DNA sintetis yg telah dibuat diuji untuk viabilitas dan fungsionalitas. Dua lingkaran biru dalam gambar melambangkan sel; satu lebih besar dengan yang lebih kecil di dalamnya menunjukkan pengujian pertumbuhan sel dan viabilitas.
5.Kloning: nah tahap terakhir ini melibatkan kloning DNA sintetis yang layak untuk menciptakan sel sintetis. Tiga lingkaran biru yang terhubung dalam gambar menunjukkan proses transplantasi dan isolasi yang mengarah ke pertumbuhan sel sintetis baru.
Kepada para pembaca harap dicatat yah bahwa meskipun DNA dalam sel sintetis ini dibuat dari awal, sel itu sendiri tidak sepenuhnya dibuat dari awal. Sebaliknya, tim Venter memulai dengan sel dari jenis bakteri yang sangat sederhana yang disebut mycoplasma. Mereka menghancurkan DNA dalam sel-sel ini dan menggantinya dengan DNA yang dirancang di komputer dan disintesis di laboratorium.
Suhaeli Nawawi: Kaisen Vcaldis, terima kasih sekali atas penjelasannya.
Masih boleh bertanya? Bisa tidak membuat mikoplasma dari nonsel?
Kaisen Vcaldis: Suhaeli Nawawi, jawabannya adalah tidak, karena mikoplasma merupakan organisme seluler prokariota yang memiliki struktur sel dengan dinding sel yang sangat tipis atau bahkan tidak ada. Ini berarti bahwa mikoplasma tidak dapat diciptakan dari nonsel atau material non-hidup, karena mikoplasma sendiri adalah bentuk kehidupan yang terdiri dari sel-sel yang memiliki struktur dan fungsi biologis yang kompleks.
Dalam konteks pembuatan sel sintetis, seperti yang saya jelaskan sebelumnya, prosesnya dimulai dengan sel mikoplasma yang sudah ada dan kemudian dilakukan modifikasi pada DNA dalam sel-sel tersebut. Jadi, sementara DNA dalam sel sintetis mungkin dibuat dari awal, sel itu sendiri berasal dari organisme hidup yang sudah ada sebelumnya, dalam hal ini adalah mikoplasma.
Suhaeli Nawawi: Kaisen Vcaldis, luar biasa, terima kasih “tak terhingga”.






















