Oleh: Tanto Wijaya
Kagetnews | Aspirasi – Pengesahan RUU TNI bukan sekadar melahirkan kekecewaan, melainkan menjadi tamparan bagi setiap jiwa yang berjuang untuk demokrasi. Ini adalah pengkhianatan terhadap janji-janji reformasi yang selama ini kita junjung tinggi. Kita juga disuguhkan dengan penghinaan terhadap semangat perubahan yang telah mengorbankan banyak nyawa.
Kita diajak kembali merenung tentang masa kelam ketika militer berkuasa, suara rakyat dibungkam, dan keadilan menjadi barang langka. RUU ini bukan sekadar revisi; melainkan kemunduran besar yang mengancam langkah kita menuju era otoritarianisme yang telah kita bertekad untuk tinggalkan.
Potret Penulis Tanto Wijaya.
Kekecewaan ini bukan sekadar emosi sesaat; ia menciptakan luka mendalam di hati setiap warga negara yang peduli. Rasa sakit ini menyentuh jiwa kita, menunjukkan betapa rapuhnya harapan akan Indonesia yang demokratis, adil, dan beradab. Kita merasa seolah dipermainkan, dengan harapan yang dihancurkan secara sistematis.
Kita tidak berbicara hanya tentang pasal-pasal dalam RUU ini, tetapi tentang masa depan bangsa; tentang cita-cita Indonesia yang merdeka dan berdaulat, yang seharusnya menjadi hak semua rakyat, bukan sekadar milik segelintir elit. Hari ini, kita merasakan pengkhianatan dari mereka yang seharusnya menjadi pelindung dan pelayan rakyat. Kekecewaan ini begitu mendalam, hingga sulit sekali menemukan kata-kata yang mampu menggambarkannya dengan sempurna.
Penulis menjabat sebagai Menteri Luar Negeri BEM IAI Al-Amin Indramayu & Sebagai Sekretaris Daerah BEM PTNU Indramayu.