Pengaruh Genetik Anak Sepersusuan

Gambar ilustrasi. (Sumber: Suhaeli Nawawi)

Bagikan

Oleh: Dr. H. Suhaeli Nawawi, M.Si.

Kagetnews | Religi – Sepersusuan adalah istilah yang digunakan untuk menyebut dua bayi yang menyusu dari ibu yang sama. Secara agama, sepersusuan dianggap membuat dua bayi tersebut seperti saudara.

Menurut Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, bayi yang menyusu penuh hingga kenyang sebanyak lima kali baru bisa dianggap sebagai saudara sepersusuan.

Perkawinan sepersusuan dilarang oleh hukum agama dan juga oleh hukum negara karena perkawinan sepersusuan merupakan perkawinan yang terjadi antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang keduanya menyusu ASI pada seorang ibu yang sama sehingga mereka disebut saudara sesusuan.

Saudara sesusuan (radha’) didasarkan pada hadits, “Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Persusuan itu menyebabkan terjadinya hubungan mahram, sama seperti mahram karena nasab.” (HR. Bukhari dan Muslim) (HR. Bukhari, no. 2646, 5099 dan Muslim, no. 1444)

Keberadaan saudara sesusuan dijelaskan dalam Alquran, “Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anak perempuanmu, saudara-saudara perempuanmu, saudara-saudara perempuan ayahmu, saudara-saudara perempuan ibumu, anak-anak perempuan dari saudara laki-lakimu, anak-anak perempuan dari saudara perempuanmu, ibu yang menyusuimu, saudara-saudara perempuanmu sesusuan” (An-Nisa’: 23).

Berdasarkan penjelasan medis sebagaimana yang dikutip dari situs web ALODOKTER, “Istilah saudara sepersusuan merupakan istilah yang terkait dengan agama. Berdasarkan tinjauan segi medis, tidak terdapat hal apapun yang memungkinkan dua bayi yang berbeda orang tua, dapat menjadi saudara kandung. Dua orang dapat dikatakan bersaudara, bila mereka memiliki sebagian DNA yang sama dari salah satu atau kedua orang tua mereka. ASI hanya berisi protein, karbohidrat, lemak, dan antibodi. Tentu molekul-molekul tersebut tidak akan mengubah DNA seseorang, maka tidak dapat membuat dua orang menjadi bersaudara. Tinjauan tersebut dilihat dari segi medis.”

https://www.alodokter.com/komunitas/topic/tentang-bayi-sepersusuan

Namun, berdasarkan penelusuran artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, yang tentunya dirangkum dari berbagai sumber mutakhir diperoleh informasi bahwa air susu ibu (ASI) berpengaruh terhadap DNA bayi yang disusui, termasuk bayi bukan anak kandung.

Is there an effect of breast milk on the DNA of babies who are not their children? (Apakah ada pengaruh ASI terhadap DNA bayi yang bukan anaknya?)

Yes, breast milk can affect the DNA of babies, including babies who are not the mother’s biological child: (Ya, ASI bisa memengaruhi DNA bayi, termasuk bayi yang bukan anak kandung ibunya: )

• Epigenetic modifications (Modifikasi epigenetik)

Breast milk can modify epigenetic mechanisms in infants, including DNA methylation, histone modifications, and gene switching. (ASI dapat mengubah mekanisme epigenetik pada bayi, termasuk metilasi DNA, modifikasi histon, dan peralihan gen.) berikut penjelasannya:

• Gene Expression (Ekspresi Gen)

Breast milk can enhance genes that promote the development of the immune system and intestine. Some of these genes may also protect against asthma, diabetes, obesity, digestive disorders, and leaky gut. (ASI dapat meningkatkan gen yang mendorong perkembangan sistem kekebalan tubuh dan usus. Beberapa gen ini juga dapat melindungi terhadap asma, diabetes, obesitas, gangguan pencernaan, dan usus bocor.)

• Gut Microbiota (Mikrobiota Usus)

Breastfeeding can influence the composition of the gut microbiota, which can impact DNA methylation. (Menyusui dapat mempengaruhi komposisi mikrobiota usus, yang dapat berdampak pada metilasi DNA.)

• Milk Kinship Hypothesis (Hipotesis Kekerabatan Susu)

The hypothesis that breastfeeding from the same woman can lead to consanguinity between individuals, even if they are not biologically related. This could potentially increase the risk of genetic diseases in children born to such unions. (Hipotesis yang menyatakan bahwa menyusui dari wanita yang sama dapat menimbulkan hubungan kekerabatan antar individu, meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah biologis. Hal ini berpotensi meningkatkan risiko penyakit genetik pada anak-anak yang lahir dari perkawinan tersebut.)

However, there are several limitations to the studies that have investigated the effects of breast milk on DNA, including small sample sizes and the difficulty of establishing causality. (Namun, ada beberapa keterbatasan pada penelitian yang menyelidiki efek ASI terhadap DNA, termasuk ukuran sampel yang kecil dan sulitnya menentukan hubungan sebab akibat.)

Breast milk should be avoided for at least one hour before DNA testing because it can add DNA from the mother’s milk to the sample. (ASI sebaiknya dihindari setidaknya satu jam sebelum tes DNA karena dapat menambahkan DNA dari ASI ke dalam sampel.)

Namun, ada beberapa keterbatasan pada penelitian yang menyelidiki efek ASI terhadap DNA, termasuk ukuran sampel yang kecil dan sulitnya menentukan hubungan sebab akibat.

ASI sebaiknya dihindari setidaknya satu jam sebelum tes DNA karena dapat menambahkan DNA dari ASI ke dalam sampel.

Berita lainnya