Kagetnews | Bandung – Dalam rangka meningkatkan kualitas jurnal menuju indeksasi Scopus, tim dari Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi (PLKKMO) Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI melakukan kunjungan benchmarking ke Rumah Jurnal UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Kegiatan ini dilaksanakan pada Kamis, 15 Agustus 2024 di kantor Rumah Jurnal UIN Bandung.
Tim PLKKMO, yang terdiri dari Mulyawan Safwandy Nugraha sebagai Editor in Chief Jurnal Lektur Keagamaan, Nur Rahmah, Istiana Wulandari, Maudy Missfhanny, dan Sustina, disambut oleh Ketua Rumah Jurnal UIN Bandung, Hamdan Sugilar, bersama Ferli Septi Irwansyah sebagai Ketua Sentra Publikasi Rumah Jurnal, serta Busro, yang berperan sebagai editor dan reviewer dari berbagai jurnal di UIN Bandung.
Dalam kesempatan ini, Mulyawan Safwandy Nugraha mengungkapkan rencana Jurnal Lektur Keagamaan dan Jurnal Heritage of Nusantara, yang dikelola oleh PLKKMO, untuk mencapai indeksasi Scopus pada tahun 2024. Menurutnya, kegiatan benchmarking ini merupakan langkah penting untuk mempersiapkan segala hal yang diperlukan agar jurnal-jurnal tersebut dapat memenuhi syarat dan berhasil terindeks di Scopus.
Ferli Septi Irwansyah kemudian berbagi pengalaman dari Rumah Jurnal UIN Sunan Gunung Djati Bandung dalam mengelola jurnal hingga berhasil terindeks Scopus. Menurut Ferli, ada delapan langkah utama yang harus diperhatikan dalam proses ini.
Langkah pertama adalah melakukan analisis terhadap jurnal-jurnal sejenis yang sudah terindeks Scopus. Analisis ini mencakup topik dan judul artikel yang diterbitkan, sub bidang yang dibahas, sebaran penulis, serta kualitas artikel dan kebahasaan.
Langkah kedua adalah memilih artikel yang memenuhi standar publikasi internasional, dengan memastikan judul yang unik, abstrak yang lengkap, analisis pendahuluan yang kuat, metode yang rinci, serta hasil yang menarik dan relevan.
Langkah ketiga menekankan pentingnya konsistensi dalam penyajian artikel. Pengelola jurnal harus memastikan bahwa isi artikel sesuai dengan panduan penulisan jurnal, konsistensi antara abstrak dan isi artikel, serta penyajian tabel dan gambar yang tepat.
Langkah keempat adalah menjaga kualitas kebahasaan artikel, khususnya dalam hal tata bahasa Inggris dan minimnya kesalahan penulisan.
Ferli juga menekankan empat langkah berikutnya yang sama pentingnya. Langkah kelima adalah memilih artikel sesuai dengan sebaran sub bidang yang relevan. Langkah keenam menekankan pentingnya sebaran penulis, di mana pengelola jurnal harus mengutamakan artikel yang melibatkan penulis dari luar negeri dan kolaborasi internasional. Langkah ketujuh adalah memastikan novelty atau kebaruan dari artikel yang dipublikasikan, dengan novelty yang jelas dan terbahas di pembahasan serta disebutkan di kesimpulan. Akhirnya, langkah kedelapan adalah memilih artikel yang telah disitasi oleh jurnal-jurnal terindeks Scopus, yang menunjukkan kualitas dan relevansi artikel tersebut.
Busro, dalam paparannya, menambahkan bahwa ada lima kriteria utama yang harus dipenuhi oleh jurnal agar dapat ditinjau oleh Scopus. Pertama, kebijakan jurnal harus mencakup konsep editorial yang kuat, jenis tinjauan sejawat yang ketat, serta keragaman geografis dari editor dan penulis. Kedua, kualitas konten sangat penting, dengan fokus pada kontribusi akademis yang signifikan, kejelasan abstrak, dan kesesuaian artikel dengan tujuan jurnal. Ketiga, kedudukan jurnal juga harus diperhatikan, termasuk dalam hal jumlah artikel yang dikutip di Scopus dan posisi editor. Keempat, keteraturan publikasi sangat penting untuk memastikan tidak ada penundaan dalam jadwal terbit. Terakhir, ketersediaan online menjadi kunci, dengan konten yang mudah diakses secara daring dan halaman muka jurnal yang berkualitas serta berbahasa Inggris.
Melalui kegiatan benchmarking ini, diharapkan tim PLKKMO dapat mengadopsi strategi-strategi yang telah terbukti efektif dari Rumah Jurnal UIN Bandung, guna mempersiapkan jurnal Lektur Kegamaan dan Jurnal Heritage of Nusantara yang dikelola menuju indeksasi Scopus dan meningkatkan kualitas publikasi ilmiah di lingkungan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. *** (MSN)