Para Kiai & Cendikiawan Muslim Ditantang untuk Berpolitik

Bagikan

Oleh: Drs. Rianto, M. Si.

Suatu Pemikiran konstruktif dari pojok perspektif budaya  religius.

Kagetnews | Opini – Suasana nyaman, santai, adem menyeruak diantara jari jari yang terus menyebut kalamullah, perasaan sejuk dan damai membuat kita terlena dengan keagungan-Nya, bersimpuh, berserah diri  pasrah, mendekatkan diri dengan Sang Maha Pencipta itu merupakan rutinitas  yang dilakukan oleh orang-orang tua kita bahkan anak muda yg terinspirasi akan keaģùngan Allah Yang Maha Kuasa.

Sementara para penguasa sibuk dengan kekuasaanya, sibuk dengan politiknya, sibuk dengan strategi bagaimana menguasai sesuatu yang akan menguntungkan diri sendiri bahkan kelompoknya.

Itulah sekelumit gambaran para Kiai, anak muda dan politikus yang haus akan kekuasaan.

Kita lihat, gedung pemerintahan yang identik dengan kekuasaan, tempat ibadah, dan sebagainya. Termasuk organisasi yang ada di dalamnya merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan nyata. Organisasi di dalamnya merupakan kumpulan orang-orang yang penuh optimistis untuk memajukan kelompoknya.

Manakala kelompoknya diusik oleh orang atau kelompok lain, maka orang atau kelompoknya itu akan melawan atau minimal mempertahankan secara bersama sama.

Berdasarkan pemaparan di atas jelas semua komponen yang diintervensi masing-masing akan menggunakan hak politiknya untuk melawan atau mempertahankan kelompoknya.

Disinilah peran Kiai, Cendikiawan, dan anak-anak muda mempertahankan kelompok organisasinya agar tidak diintervensi oleh para penguasa!

Dalam situasional ini sudah barang tentu strategi ilmu yang digunakan adalah politik. Jadi jelaslah sudah bahwa para Kiai, anak muda dan sebagainya. Harus berpolitik, bahkan berpolitik dalam mempertahankan organisasinya  demi mencapai tujuan yang diinginkan bersama.

Wallahualam Bisawab.

Penulis adalah mantan Aktivis Ormas yang ada di Indramayu dan mantan staf pengajar STKIP Padhaku.

Berita lainnya