Ormas Islam dan Peran Strategisnya

Gambar ilustrasi. (Sumber Wikimedia Commons)

Bagikan

Oleh: Hasbi Indra
(Surat terbuka untuk seluruh Ormais)

 

Kagetnews | Opini – Tulisan ini dimaksudkan urun rembuk dengan Ormas Islam (Ormais) tentang peran strategisnya di negeri ini. Tentu ini hanya imbauan bentuknya apalagi tulisan ini sangat sederhana. Meskipun demikian bisa menjadi bagian dari catatan di negeri ini yang  masih berada di kondisi yang tidak baik-baik saja.

Baik bangsa, baiknya Ormas Islam dan buruknya bangsa buruk juga Ormais tentang peran kepeduliannya atau eksistensialnya hidup di negeri ini.

Negeri yang juga dilahirkan oleh pendiri Ormais yakni para ulamanya yang berdirinya ada sebelum RI merdeka yang terkesan masih abai terhadap kondisi bangsa selama ini dan tak memanfaatkan potensi dirinya. Konon anggotanya puluhan juta atau diatas seratus juta agar memberi makna merawat bangsa bukan hanya dengan slogan NKRI harga mati. Tetapi menjadi bagian dari menegakkan cita bangsa dan cita seluruh rakyat yakni agar bangsa ini meraih tujuan konstitusi yakni terwujudkan keadilan, kesetaraan manusia dan kemakmuran seluruh rajyat.  Saatnya menentukan sikap yang tegak lurus pada cita  konstitusi itu bukan hanya pada dirinya yang membiarkan bangsa dalam kondisi ketakpastian saat ini.

Berbangsa dari berNusantara dulu bukan untuk menyerahkan SDA pada asing atau kaki tangannya di dalam negeri dan menyerahkan SDM yang dimiliki bukan untuk melayani mereka bukan pula untuk membiarkan dan memberi peluang pada asing atau kaki tangannya menikmati hasil alam selamanya untuk mereka dan menikmati prilaku yang di tahta bukan membangun bangsa dan rakyat malah sebaliknya mengikuti citarasa mereka memperburuk wajah bangsa dan nestapa rakyat.

Indonesia sangat rugi saat ini setelah proses demokrasi yang menghancurkan mentalitas rakyat dengan money politiknya dan hasilnya yang terpilih sebagai pemimpin menghancurkan harapan anak cucu bangsa untuk menjalani hidup yang layak. Bahkan harus membayar hutang dari prilaku yang di tahta yang membuat wajah bangsa buruk. Bangsa yang eksistensinya berhutang kini di angka 7800 trilyun ada versi lain 13 ribu trilyun malah ada angka 20 ribu trilyun, di mana 500 trilyun lebih bunga setiap tahunnya, yang membayar hutang rakyat bukan yang di tahta saat ini, ada rakyat miskin di angka 39 juta dan angka bank dunia di angka 110 juta, rakyat menyaksikan yang korups ada angka puluhan trilyun di Asabri dan Jiwasraya ada pula angka 349 trilyun diumumkan sang menteri entah motifnya untuk apa, hukum dan demokrasi yang bercitarasa tahta. Ini semua mengesankan wajah bangsa yang tak cerdas secara kolektif yang memprihatinkan.

Jangan terus ormas Islam baru mampu titip yang di kabinet dan menjadi bagian dari perusakan wajah bangsa dan membiarkan anggotanya jutaan atau bahkan puluhan juta yang miskin dan  mereka serta rakyat  yang lainnya menjadi pihak yang mencuci piring setelah mereka berpesta dan meninggalkan beban berat bagi rakyat.

Ormas Islam tidak cukup menjadi corong NKRI harga mati yang hanya meninabobokannya bahwa yang sesungguhnya  harga mati itu agar  yang di tahta meraih cita konstitusi, itu harga mati. Pesan moral berbangsa harus ditegakkan jangan absen atau abai untuk memerankan hal itu dan ikut memberi warna yang memenangkan citarasa rakyat bukan citarasa sekelompok kecil manusia.

Kecerdasan

Manusia yang sudah dicerdaskan oleh lembaga pendidikan  di Ormas Islam tentu bisa membedakan mana pemimpin yang potensial untuk meraih cita konstitusi sebagai peran suara besarnya untuk merubah wajah  bangsa dan nasib rakyat dan juga anggotanya di negeri ini.

Sebagai orang yang terdidik tau apa sikap yang diambil ketika bangsa ini kondisinya tidak baik saja. Data yang telah diungkap menjadi pertimbangan bahwa bangsa tidak di kondisi baik-baik saja.

Ormas Islam tau bahwa ketua organisasinya adalah orang yang shiddik, amanah, fathonah dan tabligh yakni manusia  yang terbaik begitu pula sikap dan pemahaman ini yang mendasari bahwa pemimpin bangsa harus seperti pemimpin ormais apalagi yang diurus bangsa yang besar. Pemimpin yang shiddik dan amanah  ini pertimbangan pertama, pemimpin bangsa yang terjaga moralitasnya dan tak teridentifikasi korup, pemimpin yang cerdas berkualitas dan berkapabilitas dan juga pemimpin yang tabligh yang juga berkaitan dengan kejujuran dan ketebukaan dalam memenejemen organisasi yang berlaku juga untuk bangsa.

Itulah ukuran sang pemimpin  yang harus dihadirkan untuk bangsa dan rakyat. Untuk mengukur sosok yang memenuhi hal itu dapat dipahami juga dari fenomena perpolitikan yang ada yang menjadi fenomena tahunan yang  arah atau tujuannya mudah dipahami.

Telah muncul sosok yang menjadi bahan cacian dan bullian yang dikatakan sebaliknya sosok yang berkualitas disebut bodoh oleh fungsionaris partai seputaran kota, fungsionaris partai besar yang sering nyinyir  terhadap sosok yang berhasil dalam kepemimpinannya di kesankan pemimpin yang gagal.

Lalu berlanjut yang  istana ikut mendegradasinya atas dasar yang tak jelas dan bahkan mendorong untuk dipidanakan oleh KPK namun tak berhasil. Tentu bisa dipahami kebencian ke sang tokoh bukan atas dasar dia korups dia tak bermoral dia tak amanah tetapi karena dia memegang prinsip shiddik, amanah  dan fathonah serta tabligh dan tak mau ikut dengan kebobrokan istana menjadi sosok yang difitnah dan terkesan melarang dan upaya penjegalan  untuk menjadi pemimpin negeri ini.

Sangat mudah memahami fenomena yang ada bila Ormais berpegang pada ukuran itu dan berada di belakang rakyat ia bersama rakyat menghadirkan pemimpin yang berkualitas berkapabilitas itu.

Ormais untuk rakyat

Ormas Islam saatnya menjadi bagian dari bangsa dan rakyat yang rindu untuk meraih cita konstitusi. Panggilan untuk menegakkan keadilan, kemanusian dan kemakmuran rakyat adalah panggilan yang suci yang harus diraih melalui kecerdasan pemilu memilih pemimpinya.

Saatnya ormas Islam memandang pemilu adalah taruhan untuk bangsa apakah jalan ditempat dan bahkan mengalami kemunduran. Bagi mereka yang tak mengharapkan terpilih pemimpin yang berkualitas, berkapabilitas dan profesinalitas dan tak tegak dipihak rakyat tersebut adalah untuk kepentingan hartanya, pemilu adalah taruhan dirinya apakah terus bisa mengumpulkan kekayaannya atau tak bertambah pundi kekayaannya. Atau taruhan bagi mereka yang bercitarasa VOC yang terus ingin menjajah negeri ini melalui non fisik yakni melalui ekonomi dan politik.

Kondisi bangsa saat ini tengah menghadapi cita rasa VOC mungkin bisa disebut New VOC yang tidak menjajah fisik tapi menjajah ekonomi dan politik itu. Penjajahan ekonomi terus berlangsung. Tak bermanfaatnya SDA untuk rakyat ini bentuk awal penjajah itu yang kini terus berlangsung selama 78 tahun. Sistem ekonomi kapitalistik ini juga bentuk penjajahan pula yang menyebabkan negara banci untuk rakyatnya, ketimpangan kaya miskin bak bumi dengan langit. Penjajahan melalui  prilaku di tahta yang tak mampu mengolah bangsa dan tak bisa mengolah ekonomi hasilnya bangsa yang berhutang di angka besar itu. Bentuk penjajahan pula ada yang korupsi yang ratusan trilyun itu dan bentuk penjajahan pula hukum yang tumpul  yang dikuasai tahta dan demokrasi yang rakyat takut bersuara demi melayani mereka

Bila terpilih pemimpin yang sama yakni petugas partai atau petugas dari tahta yang tak berada diukuran yang telah disebutkan dan tak  terpilih pemimpin petugas rakyat atau bercitarasa rakyat bisa saja Ormais masih berada di citarasa kepemimpinan yang buruk itu yang hasilnya buruk yang dirasakan rakyat. Yang tentu itu yang tak dinginkan rakyat, rakyat rindu pemimpin di citarasanya begitu pula diharapkan pada ormaisnya. Ormais karenanya jangan menjadi bagian dari tak memainkan peran strategis dan bagian yang abai atau tak menggunakan potensinya untuk menyelamatkan nasib bangsa dan nasib rakyat. Kepedulian dan mengambil peran strategisnya yang dulu dimainkan pendiri bangsa mereka juga harus meneruskannya.

Para ulama mendirikan ormais dulu bayangan mereka para penerusnya memainkan peran strategis agar bangsa dapat meraih cita konstitusi yang mereka impikan yakni terwujudnya keadilan, kesetaraan manusia dan kemakmuran yang dirasakan seluruh rakyat yang kini belum terwujud di bangsa ini, potensial dicapai melalui pemimpin yang berkualitas tersebut. Bogor Desember 2023

Penulis adalah seorang Dosen dari UIKA.

Berita lainnya