Oleh: KH. Heri Kuswanto, M. Si.
Kagetnews | Religi – Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu pernah berkata,
كَأَنِّى أَنْظُرُ إِلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – يَحْكِى نَبِيًّا مِنَ الأَنْبِيَاءِ ضَرَبَهُ قَوْمُهُ فَأَدْمَوْهُ ، وَهْوَ يَمْسَحُ الدَّمَ عَنْ وَجْهِهِ ، وَيَقُولُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِى فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ
“Seolah-olah aku masih dapat melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau menceritakan seorang nabi dari para nabi, yaitu ketika nabi tersebut dipukul oleh kaumnya hingga menyebabkan keluar darahnya dan nabi itu mengusap darah tersebut dari wajahnya sambil berdo’a, “Ya Allah, ampunilah kaumku karena mereka itu tidak mengetahui.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Betapa luhur akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika disakiti beliau bukan hanya memaafkan pelakunya, tetapi membalasnya dengan kebaikan berupa doa. Bukankah doa seorang nabi pasti dikabulkan Allah? Sungguh beruntung umat yang memiliki nabi sepertinya dan kemuliaan akhlaknya tak ada duanya.
Di sisi lain, akhlak mulia dengan memaafkan orang-orang jahil yang berbuat zalim, membalasnya dengan berbuat baik, juga menjadi kunci keberhasilan dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Beliau mampu merubah suatu peradaban dari kegelapan jahiliyah menjadi terang benderang hanya dalam waktu singkat. Karena dakwah dengan akhlak jauh lebih efektif, hati seseorang akan luluh dengan baiknya perangai dan doa orang yang terzalimi tak akan pernah ditolak.
____
Heri Lintang Songo
Dosen Institut Ilmu Al Quran, IIQ Annur Yogyakarta, Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam STAIYO Yogyakarta dan A’wan Syuriyah PWNU DIY.