Menuju Indramayu Emas 2045 

Gambar ilustrasi. (Ist)

Bagikan

Penulis: Cahyono
(Penggiat Sosial Media)

Kagetnews | Opini – Narasi ini bisa menjadi energi untuk menyongsong gelombang perubahan besar kedepan dalam menghadapi banjirnya teknologi informasi yang begitu cepat. Dengan riuh hiruk pikuknya prosesi pertarungan Pilkada kemarin, menjadi penting untuk dilakukanya refleksi evaluasi proyeksi kedepan.

Kita harus menempatkan posisi sebagai warga negara yang tertib, dewasa dalam berpolitik, bahwa terlepas kepentingan politik apapun, kita harus cepat me-recovery semua pengalaman kebatinan politik yang sudah dilalui dari setiap kepemimpinan dari mulai spirit indramayu REMAJA dan Indramayu BERMARTABAT dan hari ini sudah harus kita tentukan secara pasti menyusun ulang peta jalan arah mata angin dalam menjalankan roda pemerintahan 5 tahun kedepan agar dapat bernavigasi dengan baik.

Dalam alam demokrasi pemimpin adalah pelayan dan rakyat adalah tuannya, Indramayu harus menjadi mercusuar sehingga bisa menjadi rujukan bagi daerah lain dalam menghasilkan good governance & clean gaverment. Tantangan terbesar pemimpin bukan memenangkan pilkada lalu selesai, namun ada hal yang lebih fundamental, pemimpin baru harus bisa mengagregasi kaum akademisi untuk kepentingan rakyat 5 tahun kedepan, mengkontruksi ulang model pembangunan yang pro rakyat, pemimpin yang baik harus bisa bekerja dengan naluri serta hati dan akal fikiranya sehingga bisa meramu sebuah kebijakan yang mengakomodir potensi yang masih tercecer di indramayu, indramayu punya semuanya dari mulai bukit, pertanian, perkebunan, laut, minyak bumi dsb.

Kepemimpinan yang baik harus membugar kembali pecahan-pecahan masyarakat yang terpolarisasi pasca Pilkada harus bisa dirajut kembali sehingga bisa satu tarikan nafas yang sama dalam mengkolaborasi suatu pembangunan.

Kedepan masyarakat jangan alergi tidak boleh tabu dengan teori, konsep serta kritik karna itu adalah kebutuhan dasar dalam alam demokrasi yang harus terus menerus disodorkan dan dijejali kepada pemimpin agar tetap terjaga naluri serta kepekaannya terhadap rakyat itu sendiri, karena Lord Acton sendiri pernah mendalilkan “abauss of power” ‘’bahwa kekuasaan itu cenderung korup”.

Kekuasaan absolut cenderung korup secara absolut, dan pemimpin itu sangat berpotensi menyalahgunakan kewenangannya maka hal yang sangat mungkin kita lakukan setelah ini melakukan upaya dalam menjaga sirkulasi ekosistem dalam bingkai demokrasi itu sendiri, agar pemerintah berjalan pada rel kewajibanya menjadi pelayan serta pengabdi masyarakat supaya hak kita sebagai masyarakat tidak abai. Jika upaya partisipasi masyakat tidak dilakukan nonsense berbicara perubahan, omong kosong bicara kesejahteraan dan keadilan kalau kemudian mindset/cara berfikir kita sebagai masyarakat masih apatis dan menganggap itu adalah tugas tunggal dari seorang pemimpin.

Semoga harap cemas menjadi harap emas.

Berita lainnya