Oleh: H. Sujaya, S. Pd. Gr.
(Dewan Penasihat DPP Asosiasi Wartawan Internasional – ASWIN)
Kagetnews | Opini – Kepemimpinan adalah kunci bagi tegaknya peradaban. Sehebat apa pun sistem politik, secanggih apa pun strategi pembangunan, tanpa pemimpin yang benar, semuanya akan runtuh bagaikan istana pasir dihantam ombak. Pemimpin adalah nahkoda kapal besar bernama umat; jika nahkodanya amanah, kapal akan berlayar selamat menuju dermaga kemenangan. Namun bila ia curang dan lalai, maka kapal akan karam ditelan gelombang zaman.
Sejarah peradaban Islam mengajarkan, pemimpin sejati bukanlah mereka yang hanya cerdas secara intelektual, tetapi mereka yang kokoh tauhidnya, takut pada azab Allah SWT, dan menjadikan kekuasaan sebagai amanah, bukan harta rampasan. Tanpa iman dan rasa takut kepada Allah, seorang pemimpin akan menjerumuskan negeri ke jurang kehancuran.
Al-Qur’an menghadirkan teladan kepemimpinan melalui sosok agung, Dzulkarnain, yang kisahnya diabadikan dalam QS. Al-Kahfi ayat 83–98. Ia adalah pemimpin yang diberi kekuasaan luas dari Timur hingga Barat, namun tetap rendah hati, adil, dan berpihak pada rakyat. Dari perjalanan Dzulkarnain, kita belajar enam karakter penting seorang pemimpin akhir zaman yang mampu menghadapi tantangan global dan fitnah besar dunia.
1. Spiritual Leadership – Pemimpin yang Beriman dan Bertawakal
Dzulkarnain berkata: “Ini adalah karunia dari Tuhanku…” (QS. Al-Kahfi: 98). Ia menisbatkan segala keberhasilan pada Allah SWT, bukan pada dirinya sendiri. Pemimpin akhir zaman harus seperti ini: tidak congkak dengan kekuasaan, tidak tertipu oleh teknologi, melainkan menjadikan iman sebagai fondasi.
2. Knowledge Based – Leadership Pemimpin Berilmu dan Visioner
Allah SWT berfirman: “Sungguh, Kami telah memberi dia kekuasaan di bumi dan Kami beri dia jalan untuk mencapai segala sesuatu.” (QS. Al-Kahfi: 84). Dzulkarnain bukan hanya kuat secara militer, tapi juga cerdas dalam ilmu, teknologi, dan strategi geopolitik. Pemimpin akhir zaman harus menguasai ilmu dunia, namun tetap ditopang oleh iman yang kokoh.
3. Justice Leadership – Pemimpin yang Adil
Dzulkarnain tegas menegakkan hukum: menghukum orang zalim, namun memuliakan orang beriman (QS. Al-Kahfi: 87–88). Keadilan adalah mahkota seorang pemimpin. Tanpa keadilan, kekuasaan hanya melahirkan tirani.
4. Ethical Leadership – Pemimpin Zuhud dan Anti-Korupsi
Ketika ditawari harta sebagai imbalan pembangunan dinding, Dzulkarnain berkata: “Apa yang Tuhanku anugerahkan kepadaku lebih baik…” (QS. Al-Kahfi: 95). Inilah teladan pemimpin yang bersih dari kerakusan dunia. Umat butuh pemimpin yang tidak menjadikan jabatan sebagai ladang memperkaya diri dan keluarga.
5. Protective Leadership – Pemimpin Pelindung Kaum Lemah
Dzulkarnain hadir menjawab jeritan rakyat yang terancam Ya’juj dan Ma’juj. Ia membangun benteng raksasa demi keselamatan mereka (QS. Al-Kahfi: 94–96). Pemimpin akhir zaman harus hadir bukan sekadar memberi janji, melainkan menghadirkan solusi nyata yang melindungi iman, moral, dan martabat umat.
6. Servant Leadership – Kepemimpinan Sebagai Ibadah
Setiap langkah Dzulkarnain diniatkan sebagai ibadah. Ia bukan berkuasa demi ambisi pribadi, melainkan demi ridha Allah dan rahmat bagi umat manusia. Inilah esensi kepemimpinan: mengabdi, bukan menguasai; melayani, bukan dilayani.
Penutup: Hikmah untuk Akhir Zaman
Kisah Dzulkarnain bukan sekadar cerita sejarah. Ia adalah cermin kepemimpinan ideal di tengah dunia yang sarat fitnah. Pemimpin akhir zaman tidak cukup hanya populer atau pintar retorika; Ia harus berakar pada iman, tegak dalam keadilan, bersih dari korupsi, melindungi rakyat, dan menjadikan kekuasaan sebagai ibadah.
Kejayaan umat tidak akan lahir dari pemimpin yang hanya mengandalkan kekuatan materi, tetapi dari mereka yang memadukan iman dan ilmu, keberanian dan keadilan, kekuasaan dan pengabdian.
Akhirnya, marilah kita berdoa agar Allah SWT menghadirkan pemimpin-pemimpin berjiwa Dzulkarnain di tengah umat ini. Pemimpin yang mampu memecah kegelapan fitnah, membangun benteng peradaban, dan menuntun umat menuju kejayaan kembali.
Sebab kemenangan akhir zaman bukan milik mereka yang memiliki pasukan terbesar, melainkan milik mereka yang memiliki hati paling dekat dengan Allah SWT.
Indramayu, 22 Agustus 2025






















