Kagetnews | Religi – Seorang muslim tidaklah sering menampakkan kesedihan dan tangisannya di depan manusia kemudian dihiasi dengan wajah pucat-pasi agar disangka tawadlu. Seharusnya seorang muslim menutupi kesedihannya di hadapan manusia. Cukup hanya kepada Allah saja tangisan itu ditujukan ketika bermunajat kepadanya.
Baca: Menangis (Bagian 7) Tangisan Palsu
Apabila bertemu dengan manusia, seorang muslim hendaknya berwajah gembira dan ceria, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, yakni:
لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
“Janganlah engkau remehkan suatu kebajikan sedikitpun, walaupun engkau bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang ceria/bermanis muka” (HR. Muslim)
Hal ini biasa dilakukan oleh Para Salafus Shalih, mereka menyembunyikan tangisan mereka dari manusia agar lebih ikhlas, misal berpura-pura sedang flu dan lain sebagainya.
Dari Bastham bin Huraits dalam Dzammul Riya’
كان أيوب السختياني يرق فيستدمع فيجب أن يخفي ذلك على أصحابه ، فيمسك على أنفه كأنه رجل مزكوم ،فإذا خشي أن تغلب عبرته قام
“Ayyub (Ayyub bin Abi Tamimah Al-Sikhtiyani) pernah merasa trenyuh dan air matanya mulai mengalir. Namun dia berusaha menyembunyikannya dari para sahabatnya dengan memegang hidungnya seakan sedang flu (dalam riwayat lain, sambil dia berkata, ‘Alangkah beratnya flu ini’). Jika dia tidak sanggup menahan isak tangisnya, dia pun berdiri.”
_____
Heri Lintang Songo
Dosen Institut Ilmu Al Quran, IIQ Annur Yogyakarta, Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam STAIYO Yogyakarta dan A’wan Syuriyah PWNU DIY