Oleh: KH. Heri Kuswanto
Kagetnews | Religi – Ketika Rasulullah menahan sakitnya sakaratul maut, beliau masih sempat berpesan sebagai tanda cintanya kepada umatnya. “Uushiikum bissholaati, wamaa malakat aimaanukum (peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu).” (HR. Muslim)
Tak cuma penduduk Madinah yang gempar, para Malaikat dan alam semesta juga berduka menyaksikan wafatnya Nabi Muhammad pada Senin 12 Rabiul Awal Tahun 11 H menginjak usia 63 tahun lebih empat hari.
Isyarat dekatnya ajal Rasulullah dimulai ketika beliau beriktikaf selama 20 hari di bulan Ramadhan tahun 10 H. Sebelum ajal menjemput, beliau sakit sampai tidak bisa mengimami salat jamaah di masjid. Hingga pada suatu hari datanglah Malaikat maut bertamu ke rumah beliau untuk mengambil ruh Rasulullah yang mulia. Kedatangan tamu itu sebenarnya ditolak oleh putri tercinta Sayyidah Fatimah Az-Zahra radhiyallahu ‘anha, tetapi setelah Rasulullah menjelaskan bahwa yang datang adalah Malaikat maut, akhirnya Fatimah mempersilakan masuk.
Malaikat maut datang menghampiri, Rasulullah menanyakan kenapa Malaikat Jibril tidak ikut menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. Ketika Jibril datang ke hadapan Rasulullah , beliau berkata: “Ya Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” tanya Rasululllah dengan suara yang lemah.
“Pintu-pintu langit telah terbuka, para Malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril. Tapi itu ternyata jawaban itu tidak membuatkan Rasulullah lega, mata beliau masih penuh kecemasan.
“Apakah Engkau tidak senang mendengar kabar ini?” tanya Jibril lagi.
“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” ucap Rasulullah .
“Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril.
Malaikat maut perlahan ruh Rasulullah ditarik. Seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” ucap beliau.
Fatimah terpejam, Sayyidina Ali ra menunduk semakin dalam Jibril memalingkan wajahnya. “Jijikkah engkau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” ujar Rasulullah padanya.
“Siapakah yang sanggup melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril . Sesaat kemudian terdengar Rasulullah mengaduh karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
“Ya Rabb, dahsyatnya maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku,” ucap Nabi.
“Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibir beliau bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali mendekatkan telinganya. “Uushiikum bissholaati, wamaa malakat aimaanukum (peliharalah salat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu),” ucap Nabi dengan suara amat lirih.
Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, para sahabat saling berpelukan. Sayyidah Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. “Ummatii, ummatii, ummatiii!”.
Dan, berakhirlah hidup manusia paling mulia, Rasulullah saw. Kalimat kecintaan beliau terhadap umatnya, hingga beliau menginginkan semua siksa maut umatnya ditimpakan kepada beliau. Bukan hanya itu, ketika ajal sudah di tenggorokan Beliau masih memikirkan umatnya “Ummatii, ummatii, ummatii”
____
Penulis adalah Pengasuh Pondok Pesantren Lintang Songo Yogya dengan kontak 0857 1645 8522. Serta berprofesi sebagai Dosen Institut Ilmu Al Quran (IIQ) Annur Yogyakarta dan Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAIYO). Kemudia menjabat di A’wan Syuriah PWNU DIY.