Oleh: Dr. Suhaeli., M. Si.
Kagetnews | Opini – Temuan dalam bidang sel sangat mengejutkan. Pasalnya, di dalam satu sel terdapat sekitar 20 ribu sampai 25 ribu gen, padahal ukuran sel bervariasi, ada yang seperseratus ribu mm dan ada yang sepejejuta mm.
“Gen adalah unit fisik dan fungsional dasar dari keturunan. Gen terdiri dari DNA. Beberapa gen bertindak sebagai instruksi untuk membuat molekul yang disebut protein. Namun, banyak gen yang tidak mengkode protein. Pada manusia, ukuran gen bervariasi dari beberapa ratus basa DNA hingga lebih dari 2 juta basa. (A gene is the basic physical and functional unit of heredity. Genes are made up of DNA. Some genes act as instructions to make molecules called proteins. However, many genes do not code for proteins. In humans, genes vary in size from a few hundred DNA bases to more than 2 million bases.)” dikutip dari situs https://medlineplus.gov
Sejauh ini baru diketahui bahwa fungsi setiap sel pada umumnya sama, tetapi ada yang berbeda. Tidak mustahil, di masa yad. akan banyak temuan baru, dalam arti, setiap gen sebenar memiliki fungsi yg berbeda-beda meskipun memiliki fungsi yg sama. Jadi, setiap gen ada berfungsi umum dan ada berfungsi khusus.
Fungsi setiap gen bisa menjadi semacam folder -meminjam istilah dalam komputer-. Gen sebagai folder berguna untuk mewadahi semua informasi yang masuk melalui pancaindra atau dari dunia nonfisik. Fungsi ini lebih dikenal sebagai memori. Informasi yang sudah masuk ke dalam gen berpotensi menjadi karakter, yakni sumber perilaku.
Kata sebagian kalangan (ateis), keimanan itu berasal dari budaya yang terinternalisasi ke dalam jiwa/gen. Menurut mereka, iman kepada Tuhan bergantung pada budaya tempat seseorang berdomisili atau budaya yang dipelajari. Jika lingkungan budaya orang tua anak-anak beragama tertentu, sudah pasti mereka akan menganut agama orang tuanya. Begitu juga jika lingkungan budaya orang tua anak ateis, maka akan menjadi ateis. Singkat kata, menjadi pemeluk agama tertentu atau menjadi atais bukan dari Tuhan.
Bagaimana pandangan seperti itu menurut Genetika, cabang sains yang objek kajiannya tentang gen, yaitu inti sel?
Sebelum neurosains berkembang pesat, memori dianggap terwadahi dalam satu tempat di otak, namun setelah itu diketahui bahwa memori tersimpan di dalam berbagai tempat, yaitu gen. Antargen memunyai jaringan melalui sel sebagai tempat gen berada. Sehingga, informasi yang terinput di dalam gen memungkinkan saling berhubungan. Orang yang cerdas biasanya memiliki kecakapan untuk menghubungkan antar informasi.
Gen itu sendiri secara alami atau kodrati sudah membawa sifat dan fungsi masing-masing yang diturunkan dari leluhurnya. Menurut Dr. Dean Hamer terdapat gen yang menjadi sumber spiritualitas, yaitu gen VMAT-2. Secara kodrati gen ini akan memadai informasi yang diperoleh melalui pancaindra. Masukan dari sumber eksternal yang berkaitan dengan masalah ketuhanan akan terinput ke dalam gen spiritualitas (VMAT-2). Dalam pandangan ini, faham ateisme berarti ditimbulkan oleh kekosongan gen spiritualitas. Jadi, yang terjadi sebenarnya bagi ateisme adalah tidak terfungsikannya gen VMAT-2. والله اعلم بالصواب. ***