Demokrasi Tanpa Moral

Gambar ilustrasi. (Istimewa)

Bagikan

Oleh: Hasbi Indra

Kagetnews | Opini – Surat terbuka disampaikan agar seluruh partai dapat memahami kembali demokrasi yang dasarnya sila keempat untuk rakyat bukan untuk elit partai.

Sila ke empat sebagai basis demokrasi terlepas sendirian tak berbasis pada sila ke satu, kedua dan kelima maka demokrasi kehilangan moralnya. Bila ini yang terjadi bangsa sudah menjadi bangsa yang serba a-moral dan tak lagi berpegang pada  ideologi Pancasila.

Basis keTuhanan menghindari pelaksanaan demokrasi  bukan sebagai jalan menipu rakyat. Boleh ditanyakan ke seluruh rakyat atau ke seluruh agamawan atau ke seluruh intelektual pasti jawabannya demokrasi bukan jalan untuk menipu rakyat.

Jalan menipu rakyat bila pelaksanaan demokrasi memilih manusia kepala kosong dan manusia di kotak kosong yang kemungkinan otaknya kosong. Kembali tanyakan pada pemilik partai atau elit partai yang pasti mereka sudah terdidik tinggi dan ada yang rajin beribadah apakah jawabannya tindakan itu masih bermoral dan tidak bertentangan dengan nilai agama yang dianut dan sila Pancasila yang tergantung didinding kantornya.

Anak bangsa sudah abai dengan cita konstitusi dan moral demokrasi yang menyebabkan bangsa diliputi langit yang gelap.

Ada catatan bangsa yang kini berwajah pengutang yang  jumlahnya 8000 triliun lebih di mana semua rakyat terbebani untuk membayarnya, ada rakyat yang miskin dan menganggur dalam ukuran sangat minimal oleh tahta dihitung angkanya puluhan juta, wajah bangsa yang semakin buruk dan mereka menonton koruptor kelas kakap yang jumlahnya bukan saja puluhan triliun tapi juga ada di 271 triliun dan ada pula di angka 349 triliun, hukuman pada koruptor layaknya minimal dimiskinkan. Penyelenggaraan demokrasi dan hukum masih bercitarasa untuk tahta bukan untuk rakyat.

Berdiri partai ada yang sejak pra kemerdekaan dan berlanjut era kemerdekaan didirikan oleh manusia bermoral yang tidak menghalalkan segala cara demi kuasa maka mereka merumuskan sila Pancasila itu..

Demokrasi tak ada dalam bayangan mereka dapat merusak mentalitas rakyat dan menyebabkan bangsa dalam ironi yang sedang dialami saat ini.

Sangat jauh dari bayangan mereka para pendiri partai yang bermoral demi tahta dan menganut  demokrasi tak bermoral dan berpartai hanya membutakan dirinya melihat kondisi bangsa dan kondisi rakyat.

Bangsa yang tengah mengalami nasib ironi sebagai bangsa ada di tengah SDA yang tak bermanfaat dan juga jutaan manusia terdidik tinggi juga tak berdaya dan membiarkan dirinya melihat perilaku demokrasi yang tak berketuhanan dan tak berprikemanusiaan. Di tengah  partai yang hidupnya bergantung pada negara melalui uang rakyat.

Apakah demokrasi Pancasila dipahami tanpa moral. Demokrasi yang sangat tergantung pada elit partainya lalu elit partai berkumpul dan terjadilah gambar demokrasi pembodohan.

Coba tanyakan pada elit partai apakah itu kaum intelektual atau agamawan jawabannya seperti apa memahami demokrasi apakah demokrasi dari partai oleh partai untuk partai atau untuk kuasa lain yang tak terlihat?

Bila terjadi di Pilkada nanti rakyat memilih manusia kepala kosong dan manusia di kotak kosong yang kemungkinan  otaknya kosong kembali tanyakan pada pemilik partai atau elit partai yang pasti sudah terdidik tinggi apakah jawabannya tindakan itu masih bermoral dan tidak bertentangan dengan nilai agama yang dianut dan sila Pancasila yang tergantung didinding kantornya.

Semoga jawabannya dengan akal sehat dan hati nurani. Bukan jawabannya demi tahta dan harta dan membuat sejarah demokrasi tanpa moral. Rakyat hanya diberikan pilihan memilih manusia otak kosong yang 1000 persen manusia partai beragama sudah memberi pelajaran demokrasi yang menurutnya strategi atau siasat tapi sebetulnya menipu rakyat dan dirinya.

Selamat berada di tahta apakah itu di kabinet dan apakah itu mendapat harta yang tak terlihat  akan ada jutaan rakyat membayar pajak tak ridho uangnya untuk mereka yang telah menyalahgunakan demokrasi demi partai dan dirinya.

Demokrasi tanpa moral keTuhanan yang Maha Esa fenomena di negeri ini. Potensial doa jutaan rakyat miskin dan menganggur terkabul yang konsekuensinya dunia dan akhirat. Aamiin ya Allah.

Bogor Agustus 2024
Penulis adalah seorang Akademisi dari UIKA Bogor.

Berita lainnya