Bangsa di Desain untuk Game Over?

Gambar ilustrasi. (Ist)

Bagikan

Oleh: Hasbi indra

Kagetnews | Opini – Dalam Al-Qur’an ada ayat yang menyatakan: (QS Ali Imran 54, Wamakaru wamakarallah Wallahu khairul maakirin) Ayat yang penulis pahami ada manusia yang melakukan desain di tengah kehidupan untuk kepentingannya baik atas dasar ideologi atau ekonominya. Sangat mungkin ayat itu menginspirasi mereka untuk menghegemoni bangsa.

Bangsa kini bangsa yang kaya raya alamnya dan manusia yang berlimpah untuk menjadi manusia konsumen pasar ekonomi dunia.

Kajian Nusantara dulu ada sosok Snock Hockronjhe sosok pendesain untuk Nusantara yang dikirim pemerintah Belanda ke sini.

Untuk melakukan kajian apa kekuatan dan kelemahan manusia Nusantara demi penjajahannya. Kajian yang dilakukan untuk terus mendesain bangsa dalam citarasanya yang terus berlangsung kini untuk kepentingannya  asing atau New VOC.

Ayat Al-Qur’an tersebut harus dipahami manusia Indonesia sehingga melalui negara atau partai atau ormas termasuk ormas Islam dan kampus untuk bisa memberikan respon terhadap desain mereka.

Bangsa di desain kehilangan ruhnya sebagai bangsa pejuang yang pernah mengusir penjajah dengan darah dan air mata.

Bangsa pejuang setelah merdeka ingin meraih cita kemerdekaan. Cita kemerdekaan itu yakni terwujudnya keadilan sosial dan kemakmuran bagi seluruh rakyat.

Hadirnya sila pertama dan keempat sebagai basis dan jalan meraih hal itu di sila 2 dan 5.

Untuk mencapai hal itu sebenarnya  hal yang mudah karena di bangsa ini sudah lama ada kekayaan alam yang tiada tara di hampir semua pulau besar. Juga setelah puluhan tahun membangun telah melahirkan manusia cerdas berupa kaum intelektual dan kaum profesional yang juga merupakan potensi bangsa meraih tujuan itu.

Namun potensi manusia itu yang kini hanya menikmati kondisi bangsa dalam wajah ketergantungan pada hutang yang kini jumlahnya 8000 triliun lebih dan akan terus membesar dan ironi bangsa lainnya.

Kekayaan alam yang kaya sudah lama tidak cukup berguna bagi rakyat dan bangsa hanya mengandalkan manusianya.

Adalah tugas yang berat untuk memberdayakan manusianya di tengah bangsa yang menghadirkan ketimpangan tajam oleh sekelompok kecil manusia itu dan mafianya.

Mereka telah menikmati kekayaan alam dan menikmati aset ekonomi sehingga kekayaan mereka yang jumlahnya bisa puluhan dan bahkan ratusan triliun yang jumlah mereka dihitung dengan jari, sementara dua ratus tujuh puluh delapan juta manusia kekayaannya nyembul di bumi sementara mereka  itu nyundul langit.

Si pemilik harta bukanlah para shahabat nabi yang wafat kembali tak berharta dan menjadi manusia biasa.

Mereka adalah manusia pengumpul harta yang terus menerus tiada henti dan tak pernah puas yang hanya diperuntukkan bagi diri dan anak-anaknya.

Mereka manusia pengumpul harta yang hanya jago kandang yang menjaga dan menumpuk harta melalui prevelege untuk menyusu ke negara melalui APBN.

Melalui aset tanah perkebunan atau aset tanah atau laut untuk memetik keuntungan melalui proyek PSN di Rempang dan PIK 2 yang dilindungi negara melalui tahta yang melayaninya.

Sepuluh tahun ini semakin jelas mereka hanya jago kandang yang kemudian menghegegemoni politik melalui demokrasi pemilu yang menghadirkan kaki tangannya di tahta untuk memuluskan misinya.

Hasil dari kucuran dana yang mengkin melalui prilaku korupsi yang setiap pemilu mereka menghadirkan pemimpin itu.

Yang sangat dirasakan dengan munculnya pemimpin yang kontroversial pendidikannya yang dihadirkan melalui alat media massa dan lembaga survey dengan angka tingginya  yang memunculkan kualitasnya sangat jauh dari pemimpin sebelumnya.

Pemimpin yang dikendalikan untuk menerapkan ke pemimpinan yang menghegemonik terhadap hampir semua partai  berada dalam penguasaannya baik melalui noda pribadi atau sprindiks dari KPK atau dari lembaga hukum yang langsung dibawah kuasanya.

Bila  ada partai yang bersih yang tak ada sprindik dikantongnya untuk dikendalikan dan untuk tujuannya tak segan untuk merebutnya dan ada partai yang pernah merasakan akan hal itu meskipun tak berhasil.

Ia sosok yang akan terus melayani selamanya lalu ia tak segan menghadirkan sosok lain atau bahkan melalui belahan jiwanya. Untuk hal itu dana dari tuannya mengalir deras atau  tak segan menggunakan uang rakyat yang ada di APBN.

Mereka  ada operasionalnya di tempat kaum berbintang emas di pundaknya, ada yang di KPK dan MK dan bahkan di KPU untuk memenangkan demokrasi dengan segala cara.

Akibatnya muncul pemimpin ala Perdana Menteri yang diserahkan banyak tugas dipundaknya.

Kondisi bangsa dan anak bangsa yang masih bercitarasa untuk benalu bangsa terus  berlanjut sehingga  bangsa akan mendekati game over.

Bangsa menuju game over. Bangsa yang eksistensinya terus berhutang yang kini jumlahnya 8000 triliun lebih, manusianya miskin jumlahnya 172 juta dan pengangguran belasan juta, prilaku korup dalam jumlah ratusan triliun dan ribuan triliun di pertamina, prilaku tahta yang orientasinya hanya semata tahta tidak dilihat sebagai amanah mulia untuk kepentingan akhiratnya.

Partai dan Ormas harus peka dan bersuara bila ada kecenderungan tahta demi tahta semata, begitu juga kaum intelektual di pendidikan tingginya dan juga di civil society-nya.

Bangsa yang telah lama membiarkan kekayaan alam tak berguna bagi rakyatnya. Kemudian manusianya umumnya berdiam diri terhadap kondisi bangsa dan rakyat yang ratusan juta menderita.

Manusia yang terdidik tinggi umumnya tak bersuara di birokrasi di partai dan di Ormas yang cenderung hanya demi eksistensinya, malah cenderung menyusu ke negara dan menjadi beban bangsa. Menjadi potensi yang tak berguna bagi bangsanya.

Partai dan Ormas hal yang diharapkan bila pemimpinnya tidak makan dari partai dan tidak untuk eksistensi dirinya. Pemimpin yang cinta bangsa dan rakyat dan berjiwa nasionalis untuk bangsanya. Tapi mereka tak membiarkan pemimpin  nasionalis itu ada di partai dan Ormas, ini tantangan anggotanya.

Harapan pada partai termasuk pada partai Islam  dan Ormas  Islam agar mereka tak abai dengan kondisi bangsa dan rakyatnya. Jiwa yang terlalu keakhiratan sebaiknya ditanggalkan.

Kehidupan dunia ini bagi partai dan partais dan Ormais harus hadir dan pemimpinnya jangan diam dan abai adanya prilaku korupsi dan tahta yang tak amanah yang membuatkan wajah bangsa buruk dan derita rakyatnya.

Kondisi politik dan ekonomi dan kondisi rakyat harus pula menjadi kajian mereka. Bukankah anggotanya sudah banyak terpelajar di berbagai bidang kehidupan termasuk politik dan ekonomi yang bisa memberikan evaluasi terhadap perjalanan bangsa.

Menghadapi desain dari pihak yang dirasakan bangsa saat ini yang cenderung menjadi benalu bangsa, potensi bangsa apakah itu partai atau Ormas atau intelektualnya tak boleh abai atau hanya menjadi penonton yang membiarkan bangsa menuju game over?

Bogor Mei 2025
Penulis adalah seorang Akademisi dari UIKA Bogor.

Berita lainnya