Kagetnews | Majalengka – Gerakan Mahasiswa Majalengka lakukan Unras pada hari Senin, tanggal 10 Juni 2024, bertempat di depan Gedung DPRD Majalengka yang dimulai pukul 14:30 WIB dan selesai pada jam 16:10 WIB.
Aksi yang dilakukan oleh Aliansi Gerakan Mahasiswa Majalengka ini bertujuan untuk menuntut dan menolak beberapa rencana kebijakan dari Pemerintah dan DPR, yang diantaranya adalah TAPERA (Tabungan Perumahan Rakyat), RUU Penyiaran, dan RUU TNI/Polri yang dengan berbagai kajian serta survei daripada masyarakat merespon negatif terkait 3 poin bahasan tersebut.
Massa aksi tergabung dalam beberapa perguruan tinggi di Majalengka, dengan membawa tuntutan yang konkrit yakni penolakan terhadap isu diatas memunculkan berbagai respon positif dari Serikat Buruh dan Pegiat Jurnalis di Majalengka.
Adapun beberapa tuntutan yang di sampaikan oleh Ketua BEM Universitas Majalengka mewakili sikap daripada segenap massa aksi, yakni:
“Bahwa hari ini mahasiswa menuntut dan menolak kebijakan terkait Tapera, sebab rakyat sudah cukup dibebankan dengan gaji yang masih jauh dari kata layak, apalagi Tapera hanya bersifat tabungan bukan pajak yang artinya seharusnya tidak haris dipatok dan diwajibkan bagi para pekerja formal dan informal.” ucap Fiqih selaku Ketua BEM Universitas Majalengka.
“RUU Penyiaran melalui pasal 50 B ayat 2 huruf (k) sudah cukup menjadi bukti bahwa hari ini kebebasan pers dibatasi, investigasi jurnalistik yang mengabarkan kebenaran dibredel dan terkesan dibungkam, ini buruk bagi sarana penyebaran informasi yang transparan serta sudah menjadi kehendak daripada negara demokrasi,” tambahnya
“Lagi dan lagi rakyat hari ini dibuat resah dengan munculnya kembali RUU TNI/Polri, hal ini tentunya memberikan kesan bagi masyarakat bahwa trauma terhadap orde baru kembali muncul di masa akhir periode Jokowi, bahwa melalui revisi RUU perubahan atas UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri dan UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI telah merusak amanat daripada amanat reformasi, dan mengaburkan peran militer menjadikan supremasi sipil.” lanjut Fiqih yang juga selaku Sekda Bemnus Jabar di penutup orasinya.
Akhir kata, fikih menutup orasinya dengan berpesan untuk selalu merapatkan barisan dan eratkan solidaritas perjuangan. Serta tidak ada kata mundur dalam memperjuangkan hak masyarakat.
“Vivere Militare est” Hidup berarti perjuangan Hidup mahasiswa!” Pungkas Fiqih. *** (Firda)