Oleh: Taufid Chaniago
(Warga masyarakat Indramayu)
Kagetnews | Opini – Indramayu kota dengan potensi besar di Jawa Barat, namun menyimpan realita pahit bagi para penyandang disabilitas. Di balik gemerlap kemajuan dan pembangunan, minimnya fasilitas ramah difabel menjadi batu sandungan bagi mereka untuk beraktivitas dan berkarya secara optimal.
Hal tersebut bisa terlihat dari trotoar yang tidak rata bahkan cenderung digunakan untuk berjualan, gedung-gedung tanpa akses ramp/rampa, dan minimnya toilet ramah difabel hanyalah contoh kecil dari hambatan fisik yang dihadapi difabel di Indramayu. Realita ini tak hanya menghambat mobilitas dan aktivitas mereka, tetapi juga berakibat pada keterbatasan peluang dan akses terhadap berbagai aspek kehidupan.
Minimnya fasilitas penyandang disabilitas di Indramayu bukan hanya masalah infrastruktur, tetapi juga cerminan kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang hak-hak difabel. Di sisi lain juga belum menjadi skala prioritas pemerintah dan belum optimalnya regulasi terkait disabilitas juga menjadi faktor yang memperparah situasi.
Kondisi ini tak bisa dibiarkan begitu saja. Pemerintah daerah perlu mengambil langkah tegas dan konkret untuk mengatasi permasalahan ini. Diperlukan komitmen kuat untuk meningkatkan anggaran dan fokus pada pembangunan fasilitas yang ramah difabel.
Bersamaan dengan itu, edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang hak-hak difabel dan pentingnya inklusivitas perlu digencarkan. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa empati dan toleransi di masyarakat terhadap difabel.
Organisasi masyarakat sipil dan komunitas difabel juga perlu bersinergi dengan pemerintah untuk memperjuangkan hak-hak mereka. Melalui advokasi dan edukasi, mereka dapat mendorong perubahan kebijakan dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya inklusivitas.
Adapun fasilitas yang masih belum memadai untuk penyandang disabilitas di Indramayu adalah:
Tantangan Mobilitas
• Infrastruktur Publik: Trotoar yang tidak rata bahkan kerap digunakan untuk berjualan, jalan berlubang, dan akses jalan yang sempit menjadi hambatan bagi difabel untuk berjalan kaki.
• Transportasi Publik: Kendaraan umum yang tidak dilengkapi dengan akses ramp dan tempat duduk khusus difabel membuat mereka kesulitan untuk bepergian.
• Gedung-Gedung Publik: Banyak gedung-gedung publik, seperti kantor pemerintahan, sekolah, dan rumah sakit, yang tidak memiliki akses ramp, lift, dan toilet ramah difabel.
Tantangan Inklusi
• Pendidikan: Kurangnya sekolah inklusif dan guru yang terlatih dalam menangani kebutuhan difabel membuat mereka kesulitan untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
• Peluang Kerja: Difabel sering kali dihadapkan pada diskriminasi dalam proses rekrutmen dan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka.
• Partisipasi Sosial: Kurangnya akses terhadap informasi dan ruang publik membuat difabel terpinggirkan dari kehidupan sosial dan politik.
Dampak Minimnya Fasilitas
Keterbatasan Mobilitas: Difabel mengalami kesulitan untuk beraktivitas sehari-hari, seperti pergi ke sekolah, bekerja, wisata atau ke tempat ibadah.
Diskriminasi dan Marginalisasi: Difabel sering kali mengalami diskriminasi dan stigma di masyarakat, yang dapat berakibat pada rendahnya harga diri dan kepercayaan diri mereka.
Kesenjangan Sosial: Difabel tertinggal dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, yang dapat memperparah kesenjangan sosial.
• Solusi
Komitmen Pemerintah: Diperlukan komitmen yang kuat dari pemerintah daerah untuk meningkatkan anggaran dan fokus pada pembangunan fasilitas ramah difabel.
Regulasi yang Jelas: Diperlukan regulasi yang jelas dan tegas tentang hak-hak difabel dan kewajiban pemerintah untuk menyediakan fasilitas yang ramah difabel.
Edukasi dan Sosialisasi: Edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang hak-hak difabel dan pentingnya inklusivitas perlu digencarkan untuk menumbuhkan rasa empati dan toleransi.
Sinergi Multi-Pihak: Organisasi masyarakat sipil, komunitas difabel, dan sektor swasta perlu bersinergi dengan pemerintah untuk memperjuangkan hak-hak difabel dan membangun Indramayu yang inklusif.
Membangun Indramayu yang ramah difabel adalah tanggung jawab bersama. Dengan komitmen dan kerjasama dari semua pihak, diharapkan realita pahit minimnya fasilitas bagi difabel di Indramayu dapat segera diubah menjadi sebuah kenyataan yang inklusif dan ramah bagi semua. Mari kita bersama-sama menciptakan Indramayu yang inklusif, di mana semua orang, termasuk para difabel, dapat hidup dengan penuh dignity dan kesempatan yang sama.
Mari kita jadikan Indramayu sebagai contoh bagi kota-kota lain di Indonesia dalam mewujudkan inklusivitas dan kesetaraan bagi semua warga maupun masyarakatnya.
Ingatlah, difabel bukan beban, tetapi bagian dari masyarakat yang berhak mendapatkan hak dan kesempatan yang sama!