Kisah Si Miskin Penemu Satu Peti Keping Dinar Emas (Bagian Akhir)

Gambar ilustrasi. (Sumber: Pixabay)

Bagikan

Kagetnews | Religi – Imam Ath-Thabari yang menceritakan kisah ini mengikuti mereka ke rumah bapak tua. Setiba di rumah itu beliau melihat ada pemandangan mengenaskan. Beliau melihat rumah yang sebenarnya tidak layak untuk ditinggali. Atapnya hanya terbuat dari kain-kain sobek.

Lalu Ath-Thabari minta izin untuk ikut serta masuk ke dalam rumah. Beliau berkata “Maaf paman, bisa tidak saya ikut masuk karena sedari awal saya mengikuti kisah ini”.

Pria tua itu mengizinkan “Masuklah. “Waktu masuk Ath-Thabari menceritakan bahwa rumah itu tidak ada sama sekali karpet. Tidak ada apa-apa, kosong mlompong. Hanya ada semacam sekat dan seakan-akan di belakang sekat itu ada perempuan-perempuan tua yang kelihatan dari penampilan itu susah. Bajunya pas-pasan.

Tak lama setelah itu bapak tua menuju satu arah di rumahnya. Digalilah tanah lantas dikeluarkan kotak emas yang disimpannya, Pria tua itu berkata “Sayalah penemu hartamu itu, ini. Dan saya sempat minta kepadamu untuk memberikan kepadaku sebagian. Sebagaimana kau lihat keadaan keluarga saya susah seperti ini. Saya di sini 9 orang di rumah sempit ini. Saya laki-laki sendiri di sini. Mereka semua miskin.”

Lelaki Khurasan itu membuka petinya dan menghitung isinya ternyata masih utuh. Dia mengatakan hal yang mengagetkan “Tidak, saya tidak akan memberikan apa-apa. Saya cuma doakan kamu kebaikan.” Lalu ia mengangkat peti sembari ke luar rumah tanpa merasa ada beban salah.

Waktu pria Khurasan itu keluar, semua perempuan-perempuan di dalam rumah seperti orang yang sedang menggigit jari. Terkaget ada orang yang menerima kembali harta yang hilang tidak memberi imbalan sedikitpun pada penemunya.

Bapak tua ini pasrah sambil berucap “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, ini musibah.” Imam Thabari hanya bisa menundukkan kepala. Tidak tahu harus bilang apa. Serba salah. Sebab saat itu beliau masih muda belum punya apa-apa. Kalau pun mau membantu akan membantu apa.

Tiba-tiba ada yang ketuk-ketuk pintu. Lalu pemilik rumah membuka. Ternyata orang Khurasan itu kembali. Kata bapak tua itu “Ada apa wahai orang Khurasan?” Lantas dijawab “Bisa saya masuk?” Orang tua itu mempersilakan “Baik, silakan masuk”.

Orang Khurasan itu langsung menjelaskan “Begini ceritanya, saya punya seorang ayah yang meninggalkan 3 peti emas seperti ini, masing-masing 1000 dinar. Saat ayah mau meninggal berwasiat 1 peti dinar emas kamu bagikan sebagai warisan, 1 kotak dinar emas kamu gunakan pergi haji, dan 1 kotak dinar emas lagi kau berikan pada orang yang sangat miskin dan susah. Saya ingin supaya hidupnya jadi lebih baik.”

Orang Khurasan itu melanjutkan penjelasannya “Itulah sebabnya wahai Paman, saya tidak memberikan satu keping dinar pun, karena ini amanah orang tua saya. Saya sebenarnya mau menguji dan melihat anda betul-betul susah atau tidak. Tapi demi Allah, setelah saya keluar dari sini, saya sudah melihat tempat Anda dan saya keluar Anda pun tidak marah dan tidak apa-apa. Maka Anda orang yang paling layak untuk menerima. Maka ambilah ini semua, sedekah atas nama ayahku.”

Kemudian orang Khurasan itu menaruh kotak emasnya langsung begitu saja dia lari pergi. Orang tua dan Imam Thabari ingin mengejarnya untuk mengucapkan terima kasih tapi ternyata sudah hilang dari jangkauan mata. Dia sudah menghilang. Lalu orang tua itu memanggil Thabari untuk masuk ke dalam rumah.

Mereka berdua duduk di dalam rumah. Lantas pria tua itu memanggil 8 perempuan penghuni rumah lainnya. Pria itu membagikan uang itu secara rata pada mereka semua termasuk Imam Thabari. Berhubung jumlah mereka semua ada 10 orang maka masing-masing dapat 100 dinar emas.

Setelah selesai membagi-bagikan kepingan emas pria tua itu berujar “Wahai istriku, bukankah ini lebih baik, setelah kita bersabar sedikit, Allah menjadikan semuanya milik kita, dari pada kemarin kamu ambil satu dinar tapi haram.”

Bapak tua itu menghampiri Imam Thabari sambil bertutur “Demi Allah, baju ini yang saya pakai, hanya baju ini yang utuh di rumah kami, sebagaimana yang kau lihat baju-baju yang semuanya dipakai keluargaku, tidak ada yang layak dipakai sholat, jadi waktu sholat tiba, saya sholat dulu, kemudian saya sembunyi di satu tempat, baju ini saya buka dipakai istri saya, dipakai sholat, setelah itu dibuka dipakai sholat oleh mertua saya, dibuka dipakai sholat oleh saudari saya, oleh anak saya, hanya satu baju.”

Setelah mengucapkan terima kasih lalu Imam Ath-Thabari pergi. Harta 100 dinar yang beliau terima itu, menurut beliau itu adalah harta yang paling berkah dalam hidupnya.

Beliau menceritakan lagi, setelah beberapa tahun berlalu maka kembalilah ke Makkah. Mendatangi rumah bapak tua itu sesuai dengan alamat yang dulu saat beliau datangi. Ternyata rumah itu tidak ada. Beliau mencari tahu ternyata orang sepuh tersebut sudah meninggal.

Beliau mendapati 4 anak dari bapak tua itu menikah dengan tokoh-tokoh Makkah yang kaya dan berpengaruh. Dan keluarga mereka menjadi orang yang mampu semuanya. TAMAT.

____

Heri Lintang Songo
Dosen Institut Ilmu Al Quran, IIQ Annur Yogyakarta, Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam STAIYO Yogyakarta dan A’wan Syuriyah PWNU DIY.

Berita lainnya