Oleh: Dr. H. Suhaeli, M. Si.
Kagetnews | Opini – Seringkali terjadi, sejak bayi dilahirkan sampai usia tertentu tidak terlihat ciri fisik ayah dan ibunya. Mengapa peristiwa itu terjadi?
Jawaban atas pertanyaan seperti itu baru bisa terjawab secara ilmiah (sainstifik) pada akhir abad XX, menjelang abad XXI oleh riset Dr. Murakami, pakar Genetika. Menurut warga berkebangsaan Jepang itu, “gen pembawa sifat keturunan fisik (hereditas fisik) dalam keadaan dorman atau tertidur ketika sel sperma membuahi sel ovum”.
Temuan itu memang aneh bin ajaib karena tidak mungkin dua sejoli anak cucu Adam dan Hawa ketika melakukan hubungan suami istri dalam keadaan ngantuk.
Atau, apakah memang ada? Teeerlaaalu, kata Bang Rhoma Irama.
Kasus dalam bahasa Jawa dialek Indramayu biasanya dikatakan dengan “sing kaya mengkonon mirip karo istilah melèk matanè, merem atinè. (Yakni mata melihat hati tertutup)”. Ati atau qalb/قلب sayaktinè pusat atau sumber kehidupan. (Kasus seperti itu, mirip dengan istilah melek matanya, terpejam hatinya. Hati atau qalb/قلب sejatinya merupakan pusat atau sumber kehidupan).
Manusia sebagai organisme terdiri atas beberapa organ, sedangkan semuanya tersusun atas miliaran sel. Di dalam setiap sel terdapat gen. Sejauh ini belum ditemukan unsur yang lebih kecil dari gen. Aktif-pasifnya atau melek-meremnya sel bergantung pada kondisi gen. Jika seseorang melakukan ibadah salat, tidak merasakan nikmat berarti gen spiritualitas gen dalam sel yg berfungsi sebagai sumber kekuatan rohani dalam keadaan dorman/tertidur meskipun organ mata dalam keadaan melek.