Oleh: KH. Heri Kuswanto, M. Si.
Kagetnews | Religi – Dalam kitab Irsyadul ‘Ibad Ila Sabili ar-Rasyad, Allaits menceritakan dari Jarir. Ada seorang datang kepada Nabi Isa AS dan berkata: saya ingin bersahabat dan bersamamu. Maka berjalanlah keduanya di tepi sungai dan lalu berhenti sejenak untuk makan roti. Ketika itu ada tiga potong roti. Nabi Isa AS memakan satu potong, lalu orang itu makan satu potong, tersisa satu potong. Kemudian Nabi Isa pergi ke sungai untuk minum. Sekembalinya dari sungai, satu potong roti sisanya hilang. Kemudian ditanyakan kepada orang itu: ‘siapakah yang mengambil sisa roti?’ orang itu menjawab ‘tidak tahu’. Lalu berjalanlah keduanya.
Setibanya di hutan, Nabi Isa memanggil satu anak rusa dan disembelih lalu dibakar untuk dimakan.
Setelah keduanya selesai makan, maka Nabi Isa menyuruh rusa itu untuk hidup kembali. Dengan izin Allah rusa itu hidup kembali. Lalu Nabi Isa bertanya lagi kepada orang tadi: “Demi Allah yang memperlihatkan kekuasaan-Nya, siapakah yang mengambil sisa roti?’ orang itu menjawab ‘tidak tahu”. Lalu berjalanlah mereka hingga sampai ke tepian sungai. Nabi Isa pun memegang tangan orang tadi dan membawanya berjalan di atas sungai, hingga sampai seberang. Kemudian Nabi Isa bertanya lagi kepada orang tadi: “Demi Allah yang memperlihatkan kekuasaan-Nya, siapakah yang mengambil sisa roti?’ orang itu menjawab ‘tidak tahu”
Kemudian keduanya melanjutkan perjalanan. Di tengah-tengah perjalanan, Nabi Isa AS mengambil tanah dan menjadikannya emas. Emas itu dibagi menjadi tiga, seraya berkata: ‘emas ini sepertiga untukku, sepertiga untukmu, dan sepertiga untuk pencuri roti’. Maka orang itu tadi menjawab: “akulah yang mengambil roti”. Kemudian Nabi Isa AS berkata: “ambilah semua untukmu” dan mereka berdua berpisah.
Selang beberapa waktu, orang itu didatangi dua orang rampok yang akan merampoknya. Lalu ia berkata: “lebih baik kita bagi tiga saja”. Maka mereka bertiga setuju. Kemudian mereka sepakat untuk menugaskan salah seorang orang untuk membeli sesuatu untuk dimakan. Setibanya di pasar, orang yang bertugas belanja berpikir “sebaiknya makanan ini saya beri racun, agar saya dapat mengambil semua hartanya”.
Sedangkan dua orang yang menunggu berpikir untuk membunuh orang yang belanja tadi sehingga emas tersebut dibagi berdua saja
Sekembalinya dari pasar, orang tadi dibunuh dan membagi emasnya. Kemudian keduanya memakan makanan yang telah diberi racun. Maka matilah mereka di antara harta-harta yang diperebutkan itu. Menyaksikan hal itu, Nabi Isa AS menasehati para sahabatnya: “Inilah contohnya dunia, maka berhati-hatilah kamu dari padanya!”
Kisah ini mengajarkan pentingnya menjaga hati agar tidak serakah dari urusan kedunawian, sehingga hati kita menjadi keruh dan penuh amarah. Salah satu caranya adalah dengan menganggap dunia ini biasa-biasa saja, tak perlu terlalu serius, dan tak perlu terlalu meremehkan. Dunia ini biasa-biasa saja dan tak perlu menjadi manusia kagetan.
____
Heri Lintang Songo
Dosen Institut Ilmu Al Quran, IIQ Annur Yogyakarta, Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam STAIYO Yogyakarta dan A’wan Syuriyah PWNU DIY.