Oleh: Hasbi Indra
Kagetnews | Opini – Sebagaimana anak bangsa pada umumnya bertanya kapan cita konstitusi bisa diraih. Apakah konstitusi hanya mimpi yang mustahil meraihnya oleh anak bangsa. Puluhan tahun konstitusi dibaca oleh generasi ke generasi yang di tahta apapun nama tahtanya masih bak fatamorgana. Konstitusi terkandung jiwa, ada nilai yang ingin diraih malah kewajiban untuk sebuah bangsa meraihnya. Konstitusi untuk sebuah bangsa sebagai arah dan tujuan yang indah kata-katanya terasa masih sebagai hiasan yang seolah tak lagi dihayati dan tak ada tekad untuk meraihnya. Konstitusi merupakan pesan pendahulu bangsa yakni para pahlawan bangsa layaknya dipegang sebagai wasiat suci oleh anak cucunya untuk tak lagi ada jiwa terjajah masih dirasakan.
Bangsa ini terkesan hanya membaca isi konstitusinya lalu kembali ditempel di dinding istana, di istana wakil rakyat dan juga di meja penjaga keamanan negeri dan di dinding kampus dan juga di tempat lain.
Tulisan ini hanya ingin mengenang kenaifan yang terjadi ketika bangsa ini merdeka dan di dua dekade kini terasa dalam genggaman manusia yang tak terlihat tapi terasa dampaknya. Dalam perjalanan Nusantara ke Bangsa ada catatan sejarah tentang Vareenigde Oostindshe Compagni (VOC) 1602-1945 yang pernah mewarnai dan menjadi cikal bakal kenaifan suatu bangsa yang pernah terjajah selama tiga abad lebih.
Sejarah VOC berlalu kini mendekati 1 abad telah membuat pilu hati dan menetes air mata manusia Nusantara karena rakyatnya nestapa, baiknya dan layaknya serta seyogyanya jangan terulang kembali. Bangsa dan rakyat harus mengambil pelajaran dari masa lalu dan kondisi kini untuk nasibnya kini dan ke depan.
Di masa VOC manusia Nusantara tak berdaya menghadapinya karena mereka menggunakan pemerintah kolonialisme. VOC dulu menjadikan tahta dan rakyat jongosnya atau pelayanannya. Menjijikkan perilaku VOC manusia dijadikan pelayannya. VOC menganggap manusia jajahan bak hewan yang bukan manusia seperti dirinya.
Tak perlu dikasihani pemerintah penjajah dijadikan VOC pelayannya seakan mereka bukan manusia dan tak berpendidikan karena napasnya sama.
VOC menguasai aset ekonomi sehingga mereka kaya atas pelayanan pemerintah penjajah. Mereka sepenuhnya menguasai ekonomi dan telah dianggap berjasa mengantarkan negara penjajah yang lama di Nusantara. Manusia kini telah banyak belajar soal keadilan, kemanusiaan dan perlunya kemakmuran untuk seluruh rakyat yang dipelajari dari kitab agama dan isi konstitusi, hal yang tak boleh menjadikan manusia sebagai budaknya atau jongosnya yang kondisinya tetap tak manusiawi dan ada nestapa kemiskinan massal menimpah rakyat.
New VOC yang Dilayani
Ada yang menyebut kini ada New VOC di suatu bangsa untuk mengembangbiakkan hartanya. Harta yang sudah menggunung tak pernah merasa puas dan malah ingin hidup ekslusif seperti membangun pulau Reklamasi di Jakarta yang andalkan kaki tangannya di tahta. Untuk itu kemudian diluruskan oleh sang lokomotif perubahan agar jangan ada kaum kaya yang eksklusif di negeri ini, dan proyek yang ironis tak berlanjut, ada yang ingin membangun Meikarta yang juga citarasa ekslusif, pembangunan kereta cepat yang membebani APBN atau uang rakyat, membangun jalan tol yang andalkan hutang dan rakyat kebanyakan hanya hari besar saja memanfaatkannya, pembangunan fasilitas publik seperti bandara yang nihil manfaatnya dan membangun IKN yang tak melibatkan teknokrat dalam kajian kelayakannya. Hutang dan kebijakan pembangunan yang membebani rakyat digerakkan oleh manusia bercitarasa ekslusif bak manusia istimewa di negeri ini yang membuat bangsa terkesan pelayannya, potensial diteruskan citarasanya melalui jalan demokrasi atau pemilu yang menghasilkan kaki tangannya.
Di pemilu tentu saja ada partai besar pengendali rakyat untuk tujuan itu, New VOC pun ada yang mendirikan partai untuk menguasai demokrasi dan tentu untuk kepentingannya.
Untuk memenangkan pemilu bagi sosok di tahta yang bercitarasanya sangat mungkin mereka di sokong oleh lembaga thinktank penerus cita Christian Snouck Hogronje dengan konsepnya, di dukung pula oleh media massa yang mereka dirikan, dan membayar media massa lainnya untuk memoles wajah sosok yang dikendaki sebagai pemimpin tahta puncak serta membayar lembaga survey dengan angka tingginya dan juga buzzer-rp dengan alibinya untuk menghadirkan pemimpin yang di tahta yang kelak menjadi pelayannya, dan mereka bisa menenangkannya atau dilayani untuk dimenangkan. Mereka dilayani juga oleh ahli hukum yang membuat peraturan untuknya supaya legal untuk melindungi kepentingannya, dan ada pula agamawan yang memberi dalilnya.
New VOC bak penjajah baru. New VOC kumpulan manusia yang tak perlu berpendidikan tinggi taunya hanya ada angka di debet dan kredit, kerjanya hanya mengejar uang. Mereka tak mau tau apakah yang di tahta peduli rakyat atau tidak, mereka hanya peduli demi dirinya. Tak peduli apakah yang melayaninya orang yang berpendidikan tinggi yang di tahta atau yang di wakil rakyatnya atau ada di partai dan mungkin pula ada di ormas, setelah ada di thinktank, ada di media massa, ada di lembaga survey dan ada pula di buzze-rp.
Manusia yang melayaninya ada yang dididik tinggi oleh uang rakyat bukan uangnya. Ada yang dididik di mancanegara yang tentu menghabiskan dana ratusan juta atau bahkan milyaran untuk meraih gelar tertingginya, bangsa berhutang ke negeri lain demi mencerdaskan dirinya. Mereka pulang ke negerinya ada yang malah menjadi pelayannya.
Uang Bisa Mengatur Bangsa !
New VOC tau betul di tanah hegemoninya ada Uang semua bisa Diatur. New VOC telah membuktikan prinsip itu di tanah hegemoninya itu.
Terasa telah mengatur tahta. Citarasa ketamakan terus berlanjut yang telah merasakan dengan uangnya anak bangsa bisa mereka atur, tak mustahil mereka berusaha pula menguasai dan mengendalikan pemilu melalui KPU dan lainnya dan penentu kemenangan lainnya seperti yang sering disebut MK didorong untuk memberikan pelayanannya, semoga tidak terjadi karena mereka sedang membawa amanah mulia dan sedang mempertaruhkan nasib bangsa dan rakyat. Tentu saja ini perlu pengawasan ketat dari partai, ormas, pers, rakyat dan kampus.
Jangan terulang pemilu di era sebelumnya
ada ratusan korban nyawa manusia yang jumlahnya 800 lebih yang masih gelap mungkin dilakukan oleh kaki tangannya atas perintahnya
Telah dirasakan rakyat karya New VOC dan kaki tangannya yang berjiwa miskin yang prilakunya anti bangsa dan anti kemanusiaan yang membuat bangsa kini berwajah buruk. Bangsa berhutang di angka 7800 trilyun lebih di tambah 500 trilyun bunganya setiap tahun yang wajib juga hutang dan menjadi beban rakyat dan bukan beban yang di tahta kini beserta kaki tangannya dan rakyat juga merasakan ironi lainnya. Mereka telah berpesta dan rakyat serta umat hanya menjadi cuci piringnya dengan suka cita?
Mereka telah membuat yang di tahta berprilaku atau membiarkan orang berprilaku korup untuk bantuan sosial rakyat miskin oleh partai besar misalnya dan ada pula yang korup uang rakyat jumlahnya puluhan triliun di Asabri dan Jiwasraya dan ada pula yang di angka 349 triliun uang rakyat yang diumumkan sang menteri yang tak jelas ujungnya. Penyakit lain dibiarkan tumbuh berbagai mafia ada mafia judi dan mafia narkoba, dan mafia lain untuk menambah beban rakyat. Lembaga hukum yang diatur oleh yang di tahta agar melempangkan jalan agar bisa ber lama di tahta atau Tahta yang bercitarasa turun temurun.
Kekuasaannya seperti melebihi tahta otoritarians ditakuti dan tak berdaya manusia yang sedang berkuasa dan bahkan manusia bersenjata sekalipun tak berdaya menghadapinya, New VOC penentu siapa di post tahta dalam hegemoninya. Pemimpin yang di tahta tergantung padanya. New VOC tentu saja makhluk tersembunyi dan bak gost yang berkuasa yang menjadikan tanah hegemoninya yang siap manusianya mengabdikan dirinya.
Kasihan rakyat di tanah hegemoninya karena yang di tahta dan kaki tangannya tak memiliki daya bak manusia tanpa akal dan hati yang membiarkan dirinya dihina olehnya sebagai juragan atau tuan yang menghidupinya.
Wajah bangsa dan nasib rakyat kini hanya menggambarkan ada pergantian nama dari Nusantara ke Bangsa. Pendahulu bangsa, para pahlawan yang bersabung nyawa mungkin sedang meneteskan air mata melihat anak cucunya yang saat ini tak berdaya.
Democrazy
Teruslah ciptakan kaki tangannya atau pelayannya. Buatlah demokrasi itu menjadi DEMOCRAZY yang nantinya hanya menghabiskan uang rakyat dalam angka puluhan triliun, buatlah itu hanya pesta dan perbuatan mubazir yang sesuai dengan selera Anda.
Bila perlu korban pemilu yang pernah ada nanti dinaikkan dari angka 800 ke angka ribuan nyawa manusia karena Anda hidup di bangsa yang nasibnya tergantung pada Anda, berbuat apa pun Anda akan dipandang juragan atau tuan yang sangat istimewa.
Anda akan dibantu oleh kaum cawe-cawe yang di tahta untuk untuk mengasihi Anda yang mereka terus setia, terbuat dari apa hati nuraninya yang terus tak berdaya demi diri Anda. Setelah mereka merasa berjaya membuat wajah bangsa yang buruk rupa dan rakyat yang nestapa. Bangsa buruk rupa yang membiarkan ketidakadilan yang telanjang, aset ekonomi lebih 70 persen dikuasai sekelompok manusia, di mana ada seorang manusia kaya raya atau superkaya yang kekayaannya berbanding 100 juta manusia di negeri itu. Ini masih negeri beragama dan pancasilaiskah? Di tengah bangsa penghutang yang versi tahta di angka 7800 triliun ada versi lain angkanya 13000 triliun dan ada pula angka 20000 triliun yang menjadi beban seluruh rakyat.
Berapa pun angkanya adalah beban rakyat bukan beban Anda dan kaum tahta saat ini di tengah rakyatnya yang masih ada di 36 juta yang miskin, tapi versi Bank Dunia angka itu di angka 110 juta dan mereka melihat Anda penerus citarasa VOC saudara tuanya. Rakyat hanya diberi hiburan yang di tahta dan kaki tangannya yang seolah sudah merasakan makna merdeka di negeri yang loh jinawi untuk rakyatnya tapi hanya untuk Anda dan kaki tangannya dan rakyat dibuat sebagai pencuci piring dari pesta yang Anda buat bersama kaki tangannya.
Ucapan selamat kepada Anda yang telah meneruskan spirit VOC yang menguasai ekonomi dan menguasai kekayaan alam dan teruslah menghegemoni politik. Teruslah berdiri kaku kaum yang mengaku NKRI harga mati untuk menjaga Anda untuk terus memuaskan keserakahannya dan teruslah menghegemoni bangsa baik melalui tahta atau kaki tangannya yang tak lagi bernyawa yang ada hanya ada dalam kehinaan Anda.
Anda menguasai yang di tahta dan kaki tangannya dan menguasai suatu bangsa yang pernah berNusantara, dan kini manusianya merasa berBangsa tapi ternyata masih berNusantara. Hanya merasa berbangsa yang kini tengah menghadapi masalah seperti data-data yang telah disebutkan yang menggambarkan pentingnya panggilan ke keadilan, kemanusiaan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat pesan yang ada di Pembukaan UUD 1945 dan di sila Pancasila, negeri yang hal itu semakin jauh untuk diraih. Kondisi yang ironis lainnya yang dihadapi oleh bangsa dan rakyat yang perlu dilakukan koreksi oleh anak bangsa melalui pemimpin baru yang berjiwa perubahan di negeri ini di waktu dekat mendatang.
Perubahan untuk kebangkitan
Itu isyarat-isyarat nyata yang dapat dirasa oleh hati nurani dan dilihat dengan mata telanjang yang tak perlu orang berpendidikan tinggi mengerti dan memahaminya bahwa baiknya isyarat itu dipandang sebagai tanda-tanda yang mendasar dan yang sangat diperlukan serta mendesak adanya perubahan oleh kaum perubahan yang masih berhati nurani dan berjiwa patriotisme. Guna meraih kebangkitan bangsa dan nasib baik rakyat agar tak lagi menjadi pelayan ke mereka yang kini disebut New VOC. Saatnya bangsa dan rakyat bangkit dari tidur pulasnya sambut perubahan yang kini juga telah bangkit untuk menjadi bangsa yang memiliki martabatnya. Wallahua’lam
Bogor, akhir November 2023
Penulis adalah seorang Dosen di UIKA Bogor.