Blok M Plaza “DISUNTIK MATI” oleh Pandemi, Kini “DISUNTIK HIDUP” oleh MRT

Bagikan

Oleh : Drs. Samsul Widodo, MA.

Kagetnews | Sebelum pandemi Blok M Plaza berangsur mati. Selama pandemi Blok M Plaza betul-betul mati. Itulah ungkaian kata yang tepat untuk mendeskripsikan keadaan Mal Blok M kala itu.

Blok M Plaza mati karena memang sudah tak relevan lagi. Mal era tahun 90an itu masa kejayaannya telah terlewati, kini telah berjamur format dan wajah mal era milenial-zilennial.

Selama pandemi Mal Blok M Plaza zero pembeli, maka kemudian tak lama setelah itu “malaikat baik hati” pun datang, yakni pembangunan stasiun MRT.

MRT memiliki power yang sangat luar biasa untuk mengalirkan pasar dari kantong-kantong konsumen di berbagai bagian Jabodetabek ke Blok M.

Stasiun MRT bukanlah sekedar tempat menunggu kereta atau transit kereta. Stasiun MRT adalah THIRD PLACE (Menurut Starbucks) yaitu OASE di tengah kepenatan kerja di kantor dan perjalanan ke rumah.

Sebagai THIRD PLACE, stasiun MRT adalah tempat untuk nongkrong, tempat belanja, tempat kulineran bahkan juga menjadi tempat kerja.

Makanya, ketika stasiun MRT terakses ke Blok M Plaza, maka kehidupan datang kembali ke mal yang sempat jaya di era 90an itu.

Lapak dan gerai yang dulunya sepi kini hidup lagi karena adanya suntikan demand yang “dipasok” oleh MRT.

Dalam konsep marketing kuno 4P (Product, Price, Place, Promotion), inilah yg disebut PLACE atau CHANNEL dimana demand “dialirkan”.

Seperti halnya ketika seseorang terserang stroke, jika aliran darah terhenti karena ada sumbatan di pembuluh otak maka kita akan mati.

Begitupun Blok M Plaza. Ketika aliran DEMAND terhenti oleh adanya “sumbatan” karena ketiadaan MRT, maka serta-merta Blok M Plaza mati.

Tak hanya hidup kembali, integrasi Blok M Plaza X MRT ini telah melahirkan ekosistem transportasi-ritel-hiburan-kuliner baru yang HOT di Jakarta.

Kenapa HOT?

Karena di dalam ekosistem tersebut terjadi proses VALUE CREATION dimana terjadi relasi win-win antar para pelaku ekosistem di situ: konsumen, pedagang, pengelola mal, pengelola MRT, dan sebagainya.

Mereka tumbuh bersama, semoga mal-mal di Jakarta bangkit kembali dengan adanya MRT.

Penulis adalah seorang Staf Ahli Menteri Desa PDTT.

Berita lainnya