Oleh Hasbi Indra
Kagetnews |Sebagai manusia dan muslim senang melihat negeri muslim yang mampu bangkit. Erdogan sosok yang berkualitas, berkapabilitas dan profesionalitas di bangsanya yang dengan menunjukkan kemampuan mengatur negaranya.
Negara yang berpenduduk 85 juta lebih itu, kembali tegak mewakili dunia muslim yang menganut sistem demokrasi bukan demokrasi yang hanya pemanis negara. Demokrasi yang tak ada korban jiwa yang sia-sia.
Negeri ujung keemasan muslim yang dicatat dalam sejarah. Mereka menjalani hidup di sejarah yang panjang. Meneruskan era peradaban manusia era klasik yang ditandai oleh keunggulan manusia yang bergerak dalam dinamika zaman. Mereka hidup di bagian bangsa yang dianggap liberalistik dan materialistik, namun jiwa itu tak mengkooptasi mereka menjadi jiwa yang kerdil terombang ambing oleh hal itu.
Di demokrasi uang menjadi godaan besar. Biasanya uang serangan fajar jadi alat jual beli suara. Ternyata di Turki tak menggoyahkan jiwa para pemimpin dan rakyatnya yang cerdas memilih pemimpinnya. Di sana tentu ada juga semacam KPU, Bawaslu dan MK ada tentara dan polisi, media massa, ada lembaga survey, buzzer berbayar tapi citarasa rakyat berkualitas, dan di bangsa ini demokrasi tak menjadi democrazy yang ada korban jiwa manusia dan tampil sosok yang mengantarkan bangsa disegani dan diperhitungkan oleh dunia.
Kilas balik negeri yang pernah sakit di Eropa pada masa lalu yang terbentang hamparan jumlah muslim, saat ini telah melahirkan pemimpin produk musyawarah modern yang membawa negaranya ke kelompok negara menengah atas dan bahkan terkatagori mendekati negara maju. Menampilkan pemimpin muslim dan negara muslim yang bisa mengalami kemajuan. Pemimpin sangat memegang peran strstegis untuk merubah wajah bangsa dan nasib rakyat dari pemimpin produks rakyat bukan pemimpin yang dijajakan oleh asing atau pebisnis atau pemimpin bak membeli kucing dalam karung. Erdogan telah meraih kembali tahtanya atas pilihan rakyat melalui pemilu yang jurdil.
Kelebihan muslim di Turki mungkin ulama, kyai, intelektual, da’i, ustadz dan rakyatnya sangat memahami bahwa sang pemimpin itu parameternya berkualitas, berkapabilitas dan profesionalitas atau istilah 14 abad dulu yakni pemimpin yang shiddiq, amanah, fathonah dan tabligh, bukan parameter pragmatis, tahta, uang atau skat tradisional lain seperti suku kelompok dan lainnya.
Muslim Turki dan rakyatnya mengutamakan betul pemimpin yang sholeh atau bermoral, pemimpin tak ada indikasi korupsi atau citarasa wanita, atau pemimpin ada catatan masa lalu yang belum terang benderang tentang masalah kemanusiaan misalnya. Pemimpin yang terukir kualitas dan rekam jejak yang disaksikan dan dipilih rakyat melalui prestasi yang ditorehkannya.
Pemimpin muslim di negeri yang mayoritas muslim, Erdogan telah menampilkan muslim dan agamanya yang rahmatan lil alamin. Pemimpin muslim yang meneruskan menjadi bagian sejarah peradaban manusia muslim selama 5 atau 7 abad sebagai jembatan menuju peradaban abad modern.
Muslim yang rahmatan lil alamin, muslim yang mewarnai sejarah kemanusiaan yang dibentuk oleh muslim yang cerdas dalam merespons kehidupan.
Kecerdasan muslim untuk menentukan pemimpin seperti Erdogan yang parameternya sosok yang berkualitas berkapabilitas dan profesionalitas atau yang shiddik, amanah, fathonah dan tabligh pemimpin yang tak memiliki cacat moral dan jujur serta berparameter yang lain itu.
Muslim Turki telah meraih Makam (kedudukan) Kecerdasannya untuk membangun bangsanya maju sama seperti negeri Eropa yang maju lainnya melalui kepemimpinan Erdogan. Sosok yang berkualitas, berkapabilitas dan profesionalitas untuk merubah pandangan dunia yang memandang negeri muslim tak mungkin berkemajuan. Isi dunia ada yang tak menyukai prestasi yang ditunjukkan oleh Erdogan itu, ini buah dari kecerdasan muslim yang ada di Turki memilih pemimpinnya dengan parameter yang telah disebutkan baik untuk belajar dari bangsa yang mungkin belum menemukan pemimpin sentral atau puncaknya yang berkualitas, berkapabilitas dan profesionalitas.
Penulis merupakan seorang Pengamat Politik dan Akademisi dari Universitas Ibnu Khaldun Bogor.