Hardiknas Momentum Kebangkitan Guru Honorer Indramayu

Gambar ilustrasi. (Sumber foto Pixabay)

Bagikan

Oleh: Dr. Didin Kurniadin, M.Pd., M.Si.

Kagetnews | HARDIKNAS adalah hari nasional yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk memperingati kelahiran Ki Hadjar Dewantara, tokoh pelopor pendidikan Indonesia dan pendiri lembaga pendidikan Taman Siswa yang diperingati pada tanggal 2 Mei setiap tahunnya.

Guru kala itu merupakan seorang pendidik yang tulus ikhlas dalam mengajar anak bangsa agar kedepannya masyarakat indonesia berpola fikir maju dan terhindar dari kebodohan. Sehingga tidak terulang kembali penjajahan karena ketidaktahuannya serta keberdayaan dalam mengelola bermacam sumber daya yang dimiliki Indonesia.

Sebagaimana dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam semboyannya yang masyhur “Tut wuri Handayani, Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso”.

Ing Ngarso Sung Tulodo artinya menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan. Ing Madyo Mangun Karso, artinya seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. Tut Wuri Handayani, seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Semboyan Tut Wuri Handayani kini menjadi slogan dari Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.

Jika kita cermati, makna dan filosofi semboyan Ki Hajar Dewantara itu sangat mendalam bagi seorang guru ketika menghadapi peserta didik yakni suksesnya seorang guru dalam mengajar akan mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam menerima ilmu pengetahuan.

Namun tuntutan tersebut menjadi persoalan serius bagi para guru saat ini khususnya guru honorer yang mengajar di Kabupaten Indramayu mulai dari tingkatan TK sampai ke tingkatan SMA/K.

Faktor utama yang mendasari beratnya pengabdian para guru honerer di Indramayu untuk bekerja secara profesional dan totalitas adalah upah yang didapatkan masih belum sesuai dan tenggang waktu penerimaan gaji yang pembayarannya dirapel pertiga (3) bulan. Biasa mengikuti waktu pencairan dan menggunakan dana BOS.

Sehingga para guru honorer untuk memenuhi kebutuhan hidup hariannya mencari pekerjaan tambahan, seperti mengajar di sekolah lain, menjadi guru privat atau berwira usaha.

Dalam hal ini, kefokusan seorang guru dalam mendidik menjadi bias karena dirinya harus mencari pekerjaan tambahan maupun beralih profesi agar dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Waktu yang seharusnya digunakan untuk mendidik di sekolah berubah menjadi jam mengajar, selepasnya paruh waktu lainnya dimanfaatkan untuk hal lain.

Mengutip dari berita Tribun Jabar. Com yang berjudul “Jeritan Guru Honorer di Indramayu Perjuangkan Nasib, Sampai Turun ke Jalan, Gajinya Rp 100-300 Ribu” dan berita dari Portal Media Temanggung.pikiran-rakyat.com dengan judul  “Viral! Ternyata Begini Daftar Gaji Guru Honorer di Indramayu Terbaru 2023 Bikin Kaget!” rata-rata minimal penghasilan guru honorer ketika mengajar di sekolah mendapatkan penghasilan dikisaran Rp. 300 ribu. Sungguh sangat memprihatinkan nasib guru honorer yang ada di Kabupaten Indramayu!

Permasalahan kesejahteraan guru selalu menjadi perhatian khusus bangsa ini setiap tahunnya apalagi setiap menjelang Pemilu, Pilkada dan Pemilihan Legislatif. Para tokoh politik berlomba-lomba dengan bersuara lantang membicarakan nasib guru akan tetapi suara-suara guru honorer itu semakin mengecil seketika kontestasi politik tersebut telah usai. Jika memang para Politikus tersebut menjalankan janji politiknya kenapa sampai dengan sekarang persoalan kesejahteraan guru masih menjadi perbincangan yang tiada hentinya seolah-olah persoalan tersebut sulit untuk diselesaikan.

Nampaknya persoalan ini harus dijadikan permasalahan darurat oleh bangsa ini agar secepat mungkin dapat ditangani. Apa jadinya bangsa ini ketika para guru honorer berhenti untuk mengajar atau beralih profesi mencari pekerjaan lainnya? Karena menjadi seorang guru honorer merupakan profesi yang tidak menjanjikan untuk mencukupi kebutuhan kehidupannya.

Peran Pemerintah

Peran serta pemerintah selaku pemangku kebijakan dalam hal ini harus lebih optimal lagi bila perlu membuat Satuan Tugas (Satgas) untuk melakukan pendataan terhadap para guru honorer yang selanjutnya dilakukan pembinaan yakni dengan dilakukan pelatihan-pelatihan tertentu agar seorang guru dapat mengembangkan dirinya serta perekonomiannya tanpa harus meninggalkan profesi guru

Peran Masyarakat

Masyarakat juga memiliki peran penting dalam memberikan kontribusi terhadap dunia pendidikan Indonesia sebagaimana yang telah termaktub dalam Permendikbud Nomor 75 tahun 2016, yakni salah satu diantaranya adalah melakukan pengawasan dalam jalannya pembelajaran/pendidikan sekolah. Serta turut serta memberikan sumbangsih pemikiran, tenaga, maupun dana untuk keberlangsungan jalannya pendidikan di sekolah.

Peran Swasta

Swasta yang dimaksud penulis adalah perusahaan swasta maupun lembaga swasta lainnya yang turut memberikan perhatian penuh kepada para guru honorer. Seperti memberikan bantuan dan kemudahan untuk kehidupan para guru honorer. Salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh pihak swasta adalah dengan memberikan dana hibah/CSR kepada guru honorer. Karena selama ini perusahaan swasta sering memberikan bantuan kepada pihak sekolah, namun bantuan tersebut luput diberikan kepada guru honorer.

Peran Sekolah

Sekolah selaku lembaga yang mempekerjakan guru juga turut harus memikirkan kesejahteraan guru honorer, jangan hanya sebatas mempekerjakan namun diberikan imbalan yang tidak pantas. Sekolah perlu berkreasi agar bisa mendapatkan penghasilan (khususnya sekolah swasta yang mayoritas tenaga pengajarnya guru honorer) dengan beragam cara sehingga mereka mendapatkan penghasilan lebih di luar uang SPP. Yakni dengan, mengusahakan guru honorer mendapatkan sertifikasi, membuat inkubator bisnis, seperti koperasi sekolah, menjual kerajinan tangan siswa, dan usaha-usaha sekolah lainnya yang bernilai ekonomis.

Hardiknas setiap tahunnya selalu menjadi peringatan ceremonial di kalangan dunia pendidikan, namun dengan berlalunya hardiknas setiap tahunnya hanya menjadi sebatas ucapan-ucapan saja. Di sisi lain ada jeritan guru honorer yang hidup dalam kesusahan.

Peringatan Hardiknas tahun 2023 ini harus dijadikan momentum kilas balik dan evaluasi dunia pendidikan Indonesia khususnya Kabupaten Indramayu saat ini. Bukan hanya sebatas berbicara mutu pendidikan dan mencerdaskan anak bangsa saja, tapi ada guru yang perlu diperhatikan dan diberdayakan serta diangkat derajat kehidupannya. Mereka telah banyak berjasa mencerdaskan kehidupan anak bangsa namun jasanya terlupakan begitu saja.

*)Penulis merupakan seorang Tokoh, Pemerhati, Praktisi Pendidikan dan Kandidat Profesor dari UIN Bandung. Serta saat ini turut berkecimpung sebagai Dewan Pembina Dermayu Institut (Pusat Kajian Ilmiah di Indramayu).

Berita lainnya