Oleh: Hendrizal Iwana
(Humas DPD IKM Indramayu)
Kagetnews | Budaya – Minangkabau atau biasa disingkat Minang adalah kelompok etnis asli Nusantara yang wilayah persebarannya meliputi kawasan yang kini masuk ke dalam provinsi Sumatera Barat (kecuali Kepulauan Mentawai), separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pesisir barat Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan Negeri Sembilan, Malaysia. Dalam percakapan awam, orang Minang seringkali disamakan sebagai orang Padang, merujuk kepada nama ibu kota provinsi Sumatra Barat yaitu Padang. Akan tetapi, masyarakat ini biasanya menyebut kelompoknya dengan sebutan urang awak, yang bermaksud sama dengan orang Minang itu sendiri.
Diketahui orang Minang memiliki banyak filosofi kehidupan yang bersumber dari Agama/keyakinan, alam semesta, pengalaman hidup dan kultur sosial masyarakat. Berikut filosofi yang masyhur dikalangan orang Minang.
“Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.” Artinya: Adat bersendikan syariat, syariat bersendikan Kitabullah (Al-Qur’an). Makna ini adalah filosofi hidup utama orang Minang, yang menunjukkan bahwa adat istiadat mereka sangat selaras dengan ajaran agama Islam. Agama menjadi pondasi utama dalam setiap sendi kehidupan.
“Dima bumi dipijak, disitu langik dijunjuang” artinya Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Filosofi ini memiliki makna di mana pun Orang Minang berada untuk selalu menghormati dan menyesuaikan diri dengan adat istiadat, peraturan, atau kebiasaan di tempat kita berada. Menunjukkan pentingnya adaptasi dan sopan santun.
“Bulek aia dek pambuluah, bulek kato dek mupakat.” Artinya: Bulat air karena pembuluh (wadah), bulat kata karena mufakat (kesepakatan). Memiliki maknan menggambarkan pentingnya musyawarah dan mufakat dalam setiap pengambilan keputusan. Kebersamaan dan persatuan untuk mencapai tujuan bersama adalah kunci.
“Alam takambang jadi guru.” Artinya: Alam terkembang menjadi guru. Memiliki makna bahwa kita bisa belajar banyak dari alam semesta dan segala isinya. Setiap fenomena alam, setiap ciptaan Tuhan, mengandung pelajaran berharga bagi kehidupan.
Perilaku dan Moral
“Sakato jo sapakat.” Artinya: Seia sekata dan sepakat. Maknanya menekankan pentingnya persatuan, keselarasan pikiran, dan kerja sama dalam setiap tindakan atau keputusan.
“Nan tuo dihormati, nan mudo disayangi.” Artinya: Yang tua dihormati, yang muda disayangi. Memiliki makna: Menggambarkan etika dan norma dalam masyarakat Minang yang sangat menjunjung tinggi hierarki dan kasih sayang antar generasi. Menunjukkan pentingnya tata krama dan rasa hormat.
“Raso pareso.” Artinya perasaan dan pertimbangan. Memiliki makna mengingatkan kita untuk selalu memiliki empati, kepekaan sosial, dan pertimbangan matang dalam bertindak agar tidak menyakiti orang lain atau melanggar norma.
“Paga nagari jo iman, pagar diri jo malu.” Artinya: Pagar negeri dengan iman, pagar diri dengan malu. Memiliki makna pentingnya menjaga negeri atau lingkungan dengan landasan keimanan yang kuat, serta menjaga diri sendiri dengan rasa malu agar terhindar dari perbuatan tercela.
Semangat dan Perjuangan
“Pantang pulang sabalun manang.” Memiliki arti Pantang pulang sebelum menang. Menggambarkan semangat juang dan kegigihan yang tinggi. Tidak menyerah sebelum mencapai tujuan atau keberhasilan.
“Manjapuik nan tatingga, mangumpua nan taserak.” Artinya menjemput yang tertinggal, mengumpulkan yang tercecer. Memiliki makna Sebuah ajakan untuk selalu berbenah, merangkul kembali yang terpisah, dan menyatukan kekuatan. Ini juga bisa berarti memperbaiki kesalahan di masa lalu atau mengumpulkan kembali potensi yang sempat hilang.
Kata-kata pepatah ini tidak hanya indah dalam susunan bahasanya, tetapi juga kaya akan nilai-nilai filosofis yang membentuk karakter dan budaya masyarakat Minang.
Indramayu, 14 Agustus 2025.