Oleh: Hasbi Indra
Kagetnews | Opini – “Tahta yang membuat masalah bagi bangsa bukan memecahkan masalahnya. Tahta, entah siapa yang mendesainnya ke tahta untuk kepentingannya.”
Sosok yang saat itu bisa mengalahkan calon partai untuk maju sebagai calon partainya yakni mantan presiden dan mengalahkan tokoh-tokoh partai lain sebagai politisi ulung seperti anak bawang dan Ia mengalahkan manusia berbintang emas dipundaknya.
Di bangsa yang pemegang tahta puncaknya menarik untuk didesain agar tunduk di telapak kakinya. Manusia yang telah memperoleh prevelege untuk ikut membangun bangsa melalui kue APBN, lalu mereka diberi kue menguasai kekayaan alam dan menguasai aset ekonomi. Sumber kekayaan dan asset ekonomi seolah tak ada lagi yang dikuasai oleh negara untuk rakyatnya.
Konon selama Orde lama hingga Orde Baru dan beberapa dekade reformasi mereka dikendalikan negara dan di dua dekade ini mereka mengendalikan negara dan melalui tahta mereka diberi PSN di berbagai daerah.
• Asa Reformasi
Era reformasi terus berjalan harapan rakyat agar muncul tahta yang anti KKN dan tidak memberi beban bangsa.
Rupanya muncul tahta yang cenderung melihat tahta bukan sebagai amanah mulia. Rupanya tahta hanya untuk dirinya dan keluarga dan juga untuk yang mendesainnya ke tahta.
Tahta sebagai harapan rakyat menanti ratu adil yang telah memukau rakyat baik rakyat kecil maupun kaum intelektual dan tokoh agama. Dengan wajah dan penampilan yang merakyat yang secara deras dipasarkan oleh media massa dan lalu lembaga survey memberi angka kepuasannya yang tinggi yang menghipnotis rakyat memilihnya.
• Machiavelli
Sosok tahta yang secara senyap mengendalikan semua instrumen untuk kuasa.
Partai-partai yang mendukungnya harus terus berada dibawah kendalinya. Begitu pula Ormas dan intelektual dan tokoh agama serta masyarakat juga yang berbintang emas dipundaknya harus dikendalikannya.
Pemimpin partai atau wakilnya ada di kabinet diberi peluang untuk melakukan korupsi. Sprindiknya dimiliki KPK ada pula di mejanya.
Atau noda moral sang tokoh masyarakat yang berpengaruh sebagai alat untuk mengendalikan agar mendukungnya.
Sejalan dengan hal itu pasal karet hukum digunakan untuk yang mengkritiknya. Di masanya ada relawan yang setia atau buzzer yang berbayar di peliharanya.
Tahta yang ditandai oleh beberapa peristiwa yang berkaitan dengan HAM terjadi. Di peristiwa pemilu di masanya ada ratusan panitia yang tewas dalam tugasnya, ada ratusan nyawa di peristiwa lapangan bola Kanjuruhan, ada di peristiwa km 50 jalan tol dengan 5 jiwa dan juga peristiwa perwira Sambo yang mengorbankan seorang prajuritnya.
Perjalanan tahta yang membebani bangsa di mana KPK tak lagi di tugas mulianya begitu pula MK yang dipaksa seolah berdiri di pasal hukum yang tak berbasis etika yang menghadirkan sosok di tahta yang berada di katagori nepotisme dan kemudian prilaku KPU yang juga kontroversial dan mencatatkan pemilu yang brutal.
• Beban Bangsa
Tahta yang memberi beban pada rakyat. Hutang di tahta era sebelumnya hanya berjumlah 2600 triliun di masanya hutang yang menjadi beban rakyat berjumlah 8000 triliun lebih, jumlah orang miskin dalam hitungan Bank Dunia berjumlah 172 juta dan yang menganggur belasan juta.
Kemudian tahta yang dilaporkan oleh OCCRP untuk bangsa ini tahta yang berada diurutan ketiga terkorup di level dunia.
Tahta yang memakan trilyunan rupiah menghadirkannya dan juga menghadirkan tahta yang disebut Dr Rizal Ramli, ekonom (almarhum) yang dalam pandangannya hanya berposisi sebagai penguasa-pengusaha (peng-peng) telah pula digaji rakyat dalam jumlah trilyunan rupiah.
Tahta yang mencatatkan diri memberi beban bangsa bukan mengatasi masalah bangsa yang harus diminta pertanggungjawaban.
Bogor Mei 2025
Penulis adalah Akademisi di UIKA Bogor.