Partai Tersandera

Gambar ilustrasi.

Bagikan

Oleh Hasbi Indra 

Kagetnews | Indramayu – Tulisan pendek ini sekedar sedikit himbauan pada fungsionaris partai yang mulia yang dinyatakan agar tak tersandera oleh apapun oleh di luar dirinya atau oleh dalam dirinya. Rasa berat tersandera dan ada rasa ringan tersandera sama nasibnya di mata rakyat.

Saatnya menyoroti partai yang hadirnya dibiayai rakyat secara tak langsung baik dalam pendiriannya atau keberlangsungannya. Paling tidak ada  pemilihnya yang merasakan kondisi bangsa sedang dipertanyakannya mengapa partai yang dipilihnya ikut berjejer bak gerbong kereta api atau bak orang miskin yang antri menerima bantuan beras raskin dan lalu berada dibelakang orang yang disebut melakukan nepotisme yang dulu di era reformasi haram dan bila ada yang melakukan layaknya dihukum.

Harus diakui hampir semua partai tersandera. Tersandera oleh kekuasaan yang sengaja pegang kartu yang disebut politik sandera  karena prilaku korupsi bisa pula karena tersandera kemiskinan jiwa.

Kemiskinan memang sedang melanda Indonesia. Indonesia tersandera oleh prilaku tahta yang bisa terjadi karena sedang tersandera oleh tangan tak terlihat yang sepertinya tuannya atau tersandera Balas Budi misalnya karena desain mereka sampai mendudukkannya ke tahta. Lalu tersandera karena serba dilindungi prilakunya.

Ini hanya bak bak bau kentut hanya ada rasa baunya. Fenomena akal sehat bertanya ini seperti gerakan yang terorganisir yang mampu menundukkan hampir semua tak berdaya sebut saja ada kaum intelektual, tokoh agama, tokoh politik atau partai dan tokoh ormas tunduk pada sosok tangannya yang mendinginkan.

Selain ada partai yang tersandera sehingga penuh ketundukan ada pula partai tersandera kepada nafsunya nafsu harus  berada di tahta yang mengkin saja desakan kemiskinan jiwa atau memenuhi citarasa nikmatnya di tahta.

Tahta itu harus fungsional untuk rakyat. Kondisi yang dirasakan rakyat saat ini wajah bangsa buruk rupa hutang di angka 8000 triliun lebih, anak bangsa ada  yang korupsi jumlahnya ada yang 271 triliun dan ada pula angka di 349 triliun. Tak ada suara dari penanggungjawab puncak negara yang prihatin untuk hal itu. Belum lagi kondisi wajah bangsa tak mengenal etika dan moral lagi yang pernah diprihatinkan oleh Romo Magnis Suseno di MK. Kemudian kembalinya nepotisme telanjang yang dulunya salah satu yang menggerakkan orang menurunkan Pak Harto karena mengangkat Bu Tutut menjadi menterinya. Karya Tahta yang gambarnya melukis bangsa buruk dan rakyat yang nestapa.

Bila dikaitkan dengan fenomena yang ada maka layaknya yang pernah kritis pada kondisi bangsa tahunan ghalibnya melanjutkan ke kritisannya meskipun miskin harta tapi kaya hatinya untuk rakyat. Bila tak ada sandera maka kondisi bangsa dan kondisi rakyat tak ada se naas ini.

Tak perlu ada pembelaan tak tersandera karena sandra itu bisa tekanan dari dalam untuk penuhi ego tahta atau harta atau tersandera karena korupsi yang mengundang KPK atas dorongan siapa. Maka partai yang mengaku tak tersandera apapun alasan partai itu minimal ia tersandera dengan ego tahta yang mungkin juga harta yang saatnya belumlah tepat untuk pasrah pada ego dari dalam dirinya.

Bogor September 2024.
Penulis adalah seorang Akademisi dari UIKA Bogor.

Berita lainnya